Cerita ini fiksi (No Sara), jika ada kemiripan apapun itu murni ketidaksengajaan.
Kalau ada kritik, saran, atau rekues monggo tulis aja.
__________
SMA Santa Barbara
01:22 AM
Sonya duduk menyandar pada sandaran ranjang di ruang UKS sekolah. Murid SMA itu telanjang bulat, kakinya terbuka lebar memamerkan memek gendutnya yang polos tak berbulu sementara payudaranya yang berukuran raksasa tersaji indah dihiasi puting susu berwarna coklat muda yang menegak karena suhu AC yang terlalu dingin.
Mata indahnya yang nakal tampak menatap manja pada Agus, kepala yayasan Santa Barbara tempatnya bersekolah, yang sibuk menata HP Sonya pada tripod di ujung ranjang.
“Udah direkam pak?” tanya remaja chindo itu.
“Udah dong sayang.” jawab Agus.
“Hehe, aku nggak sabar nunjukin videonya nanti ke Daniel.”
Agus lalu melangkah menuju ranjang besi itu dengan tak sabar, masih mengenakan baju dinas coklatnya. Sonya menyambut pria paruh baya yang seumuran ayahnya itu lalu mencium bibirnya. Pelan awalnya, namun perlahan semakin ganas. Lidah mereka bertemu dan menari-nari liar mengejar nafsu.
Tangan gadis itu dengan tak sabar melucuti kemeja Agus.
“Copot aja pak,” ucapnya dengan nafas memburu.
Pria itu menurut. Sonya lalu menjilati dadanya, mengigit bahu dan leher gurunya itu dengan liar.
“Kira-kira Daniel bakal marah nggak, Pak?”
“Jelas dong cantik…”
“Bagus.” ucap Sonya manja.
Jemari gadis itu mulai menggerayangi celana Agus, menurunkan risletingnya lalu mengeluarkan penis gemuknya yang telah membengkak kemerahan.
“Mata Sonya berbinar, dia memegang batang daging Agus yang tegak dengan kedua tangannya. Remaja itu lalu meludahi tangannya dan mulai mengocok kejantanan Agus dengan perlahan. Bahkan dengan dua tangan, penis pria itu masih tak tertutup seluruhnya. Ujung palkon pria itu masih menjulang tinggi.
Sonya mengecup ujung penis Agus dan tersenyum pada kamera.
“Kamu liat nggak baby?” gumamnya. “Ini seberapa cepet aku bikin Pak Agus keras.”
Agus menggeram perlahan, dia lalu mengelus memek becek Sonya dengan perlahan.
Sonya memekik tertahan, pinggangnya bergerak pelan menyesuaikan ritme jemari Agus. “Ah fuck! Terus Pak! Jangan stop!”
Agus mengobel lubang kencing muridnya itu dengan bersemangat, ibu jarinya mengusap klitoris Sonya sementara kedua jarinya keluar masuk dengan cepat, mengobok-obok gua dagingnya yang sempit membasah.
Kepala Sonya terlempar ke belakang sementara dia mulai mendesah kencang, tangan kanannya masih mengocok penis Agus dengan cepat sementara tangan kirinya mulai memainkan puting kirinya.
“Pacarmu bakal liat apa sayang?” Agus berbisik di telinga Sonya.
“Dia bakal liat berapa beceknya aku,” sengalnya. “Dia bakal liat aku muncrat cuma dari jari Pak Agus.”
Tak lama, pinggang Sonya tampak mulai bergetar-getar. Memeknya meremas kedua jari Agus sementara dia melenguh panjang sembari terus menggoyangkan pinggangnya pada jemari pria itu.
Gadis itu pun orgasme.
Agus tersenyum, dia mencabut jemarinya lalu mengoleskan air mani gadis itu di paha montoknya sendiri.
“Kamu sesange itu, sayang?” ucapnya.
Sonya terengah-engah sambil tersenyum. “Ini yang bapak suka kan?”
Agus hanya tersenyum penuh arti. “Nungging.”
Sonya menuruti perintah gurunya itu, dia menunggingkan pantatnya tinggi-tinggi dan menggoyangkan kedua gunungan bokongnya pada penis Agus sambil menggesekkan bibir memeknya pada batang dagingnya yang sebesar pentungan satpam.
“Uhhh… Gede banget, Pak.”
“Siap sayang?” tanya pria itu.
Sonya menatap ke belakang dan tersenyum. “Aku udah siap sejak bapak pencet record.”
Agus lalu menusukkan penisnya perlahan sambil meremas pantat Sonya. Gadis itu mengernyit kesakitan merasakan palkon pria itu membelah liang kencingnya.
“Aaaahhhhhhh… Gede bangeeeeet, Paaaaaaaaak…”
Penis pria itu perlahan namun pasti memasuki memek Sonya yang sempit dan legit hingga mentok.
Agus kemudian berhenti, merasakan kehangatan vagina remaja itu yang kini memijat batang kejantanannya.
Sonya kembali melihat ke belakang. “Jangan pelan-pelan, Pak.”
Tentu saja tidak.
Agus lalu mulai menusukkan pinggangnya dengan cepat. Kedua tangan pria itu meremas pantat Sonya yang terus bertumbuk brutal dengan pinggangnya.
Suara daging basah pun mulai memenuhi ruangan tersebut. Kamera HP itu mengabadikan semuanya, ayunan payudara Sonya yang sebesar buah nangka, mulutnya yang menganga lebar sembari melenguh kencang, dan juga air liurnya yang mulai menetes ke atas sprei saat dia mendesah keenakan.
“Aah! Enak Pak!”
“Lebih kenceng,” perintah Agus.
Muridnya itu pun menurut. “Ahhh!! Terus Pak! Fuck! Enak banget! Anjing! Anjing! Anjing!”
Tak lama, Sonya langsung orgasme, memeknya geli sementara tubuhnya mulai mengejang dan bergetar dahsyat sambil berteriak kencang.
“AAAAAAAUUUAAAAAAHHHH!!!!”
Tubuh gadis itu bergoyang-goyang brutal selama beberapa saat namun dia tidak ambruk ke atas sprei. Sonya bertahan, terengah-engah kehabisan nafas namun masih haus akan nafsu.
Agus melambat lalu membungkuk, dadanya menempel pada punggung basah Sonya. Dia merengkuh dagu gadis itu dan membuatnya melihat ke arah kamera.
“Kasih tau ke pacarmu.”
Sonya tersenyum jahat, nafasnya putus-putus. “Daniel, lu nggak pernah bikin gua teriak kayak gini.”
Agus kembali mempercepat sodokan pinggangnya. Semakin brutal dan semakin dalam menembus lubang kelamin Sonya. Gadis itu merintih kencang, kakinya terbuka semakin lebar sementara kuah kelaminnya mengalir turun ke pahanya.
Orgasme ketiganya datang lebih cepat dari sebelumnya. Sonya meremas sprei di bawahnya dengan mendadak sementara kedua bola matanya terbalik ke atas.
“Ya Tuhan! Akh! Ah! Paaaaaaak!! AAAAAAAARGHHHHHHHHHH!!!!”
Agus menumbukkan penisnya dengan mantap dan menahannya di dalam memek Sonya yang kini mengunci rocket dagingnya. Gadis itu melenguh keras merasakan rasa nikmat yang teramat sangat di liang kencingnya itu. Sprei di bawah tubuhnya itu mulai lembab oleh berbagai campuran cairan tubuhnya sendiri.
Gadis itu akhirnya ambruk, tubuhnya bergetar-getar dahsyat sementara rambutnya lepek menempel di wajahnya yang kemerahan, tampak kontras dengan kulitnya yang seputih susu.
Agus pun mencabut penisnya lalu mengocoknya pelan, tersenyum pada muridnya yang tampak kepayahan.
Jemari Sonya perlahan kembali ke memek tembemnya sembari menarikan jari manisnya pada klitorisnya sendiri. Dia menatap pada gurunya dengan tatapan lapar.
“Lagi,” ucapnya serak. “Aku mau naikin kontol bapak.”
Agus pun berbaring telentang sementara Sonya memanjat tubuhnya. Gadis itu lalu menurunkan tubuhnya pada penis Agus yang masih tegak. Memeknya sudah kembali becek dan dia kembali melenguh.
“Ahhh… Ini kontol yang aku cari selama ini.”
Sonya pun mulai menggerakkan pinggangnya, dia mengulek penis Agus dan memutar-mutar pantatnya dengan liar sembari meremas payudaranya yang gemuk panjang sambil mengenyot puting susunya sendiri.
“Ah! Kontol Pak Agus memang kontol juara!”
Remaja itu kembali melihat ke arah kamera. Tubuhnya membasah bagaikan sedang mandi.
“Lu liat nggak?” ucapnya sambil ngos-ngosan. “Kontol lu ngga bisa muasin gua kaya Pak Agus.”
Sonya mempercepat tumbukan pinggangnya.
Kemudian dia kembali orgasme beberapa saat kemudian.
Kemudian lagi. Dan lagi.
__________
02:18 AM
Sonya tak tahu sudah berapa kali dia mencapai klimaks. Pahanya nyeri, memeknya terasa perih, bahkan lenguhannya kini hanya berupa rengakan kenikmatan saja.
Gadis itu kemudian menghentikan goyangan pantatnya.
Agus kemudian meremas pinggang Sonya. Masih berbaring di bawah tubuh montoknya.
“Anjing, gua belum crot!” ujar pria itu.
Sonya mengangguk dan tersenyum kelelahan. “Iya Pak. Bapak pasti bakal crot, tenang aja.”
Remaja itu kemudian membungkuk ke depan, menempelkan payudara raksasanya di dada Agus.
“Bapak mau yang nggak pernah Daniel dapet?” bisiknya.
Agus menatap ke atas, ngos-ngosan. “Apa?”
Sonya tersenyum penuh arti lalu mencabut memeknya dari penis Agus, membuat batang dagingnya yang masih tegak perkasa itu jatuh ke perutnya sendiri.
Jemari Sonya kemudian mengarah ke belakang sebelum akhirnya menyibak kedua pantat gendutnya.
“Ini.” ucapnya. “Daniel selalu ngemis-ngemis buat pake pantat aku. Aku selalu nolak.”
Sonya lalu berbalik badan dan kembali menungging. Namun kali ini punggungnya melengkung ke bawah, membuat pantatnya semakin naik. Tangan kanannya lalu membuka lubang pantatnya lebih lebar.
Lubang pantatnya yang masih perawan itu tampak mengedip pada Agus yang hanya menelan ludah. Daging duburnya itu berwarna pink dan berkilau karena keringat.
“Kamu yakin?” ucap Agus sembari mengelus bibir pantat Sonya.
Sonya hanya menatap pada Agus, matanya setengah terbuka, bibirnya yang tebal membasah itu membentuk sebuah senyuman.
“Hajar pantatku Pak. Biarin Daniel liat semuanya.”
Agus lalu mengobok-obok memek Sonya, mengumpulkan air maninya dan menggunakannya untuk melumasi anus remaja yang berusia lebih muda dari anaknya sendiri itu. Dia lalu memasukkan jari tengahnya ke dalam lubang pantat Sonya.
“Fuck…” erangnya pelan.
Jari telunjuk Agus lalu perlahan turut memasuki anus Sonya, merenggangkannya perlahan, membuat pinggang remaja itu tersentak-sentak pelan saat jemari pria itu semakin dalam memasuki pantat muridnya tersebut.
Dia lalu mencabut jarinya kemudian menempelkan kepala penisnya di lubang pantat Sonya, kedua tangannya meremas pinggang gadis itu.
“Buruan masukin, Pak…” sengalnya tertahan.
Agus pun menusukkan penisnya perlahan. Tubuh gadis itu menegang, lenguhan pelan keluar dari mulutnya. Lalu setelah 2 menit mencoba memasukkan penisnya senti demi senti, batang daging pria itu akhirnya tenggelam seluruhnya ke dalam lubang pantat Sonya.
“Ya Tuhan…” erangnya. “Fuck, kontol bapak beneran masuk ke pantat aku.”
Agus lalu mulai menggerakkan pinggangnya dengan mantap. Menumbukkan pantat Sonya pada pinggangnya, membuat suara tepukan daging kembali memenuhi ruangan itu.
“Ahhh… Lu liat ini Daniel?” Sonya melenguh sambil melihat kembali ke arah kamera. “Ini yang nggak bakal lu rasain.”
Agus kemudian mempercepat sodokan pinggangnya bagaikan kuda beban, dia memutar-mutar penisnya seperti bor dan menikmati sensasi sempit yang baru pertama dia rasakan itu.
Tusukan batang daging Agus membuat Sonya semakin keenakan merasakan kenikmatan yang juga belum pernah dia rasakan sebelumnya itu. Gadis itu membenamkan wajahnya di bantal dan menjerit kencang.
Air liurnya makin tumpah tak terkendali ke atas sprei, rambut hitam panjangnya berantakan sementara tubuhnya mulai kembali bergetar dahsyat.
“Aaaaaahhh!” Sonya melenguh panjang. “Jangan berhenti pak! Fuck my ass! Terusss! Aaaahhhhhhh!!! Entot gua kayak anjing!”
Agus menurut.
Lalu Sonya pun orgasme.
Lagi.
“Ahhhhhh!!! Ya Tuhaaaan!!”
Klimaks gadis itu datang dengan berantakan kali ini. Sekujur tubuhnya menegang, pahanya mengunci sementara lenguhan nafsunya berubah menjadi isak tangis.
Sonya kembali ambruk ke ranjang, terengah-engah, pantatnya masih menungging tinggi.
Agus lalu mencabut penisnya yang basah dan tegak berkedut-kedut.
Sonya perlahan menengok ke arah kamera, suaranya serak.
“Semuanya kerekam kan?”
Agus hanya mengangguk sembari terus mengocok penisnya dengan pelan.
Sonya terengah-engah, tubuhnya tak bergerak, wajah cantiknya hanya menatap kosong ke arah kamera. Pipi gadis itu merona, bibirnya setengah terbuka sementara dia berusaha mengatur nafasnya kembali. Pantat montoknya masih menghadap ke atas dan berkedut-kedut merasakan sisa orgasmenya barusan.
Agus membiarkan Sonya beristirahat sembari terus menggesekkan penisnya pada lubang pantat remaja itu.
Sonya lalu menengok ke belakang, rambutnya menempel di kening, matanya tampak kosong.
“Pak…” dia berisik. “Please entot pantat aku lagi.”
Agus menaikkan alisnya sembari tertawa pelan. “Memangnya kamu masih kuat?”
Sonya hanya mengangguk. “Masih Pak, entotin aku lebih brutal lagi. Ancurin lubang pantat aku.”
Agus hanya mendengus mendengar permintaan anak didiknya itu. Dia meludahi pantat Sonya kemudian menggesekkan palkonnya pada pintu pantatnya. Remaja itu hanya menggeram dan menusukkan pantatnya pada penis Agus.
“Langsung entot pak. Nggak usah foreplay. Bunuh aku pake kontol bapak.”
Agus hanya mengangguk sebelum kembali menusukkan rudalnya ke dalam lubang pantat Sonya.
Sonya menjerit panjang ke dalam bantal.
Pria itu kembali menggenggam pinggang langsing Sonya dan menyodokkan penisnya tanpa ampun, pahanya liar menumbuk bongkahan pantat gadis itu. Sonya bergetar-getar di tiap tusukan Agus, melenguh makin keras hingga mengiler ke atas bantal. Tangannya mencakari sprei sementara tubuhnya melemas kecuali pinggangnya yang terus mengimbangi permainan gurunya itu.
“Daniel… Anjing lu,” Sonya terisak-isak, “Lu nggak bakal bisa ngentotin gua kayak gini…”
Jemari Agus turun kembali ke memek Sonya dan mengobel klitorisnya dengan liar.
Sonya melotot lebar.
Tubuh Sonya terkunci, kakinya bergetar-getar, mulutnya mangap lebar tanpa suara. Punggungnya membusur menyambut orgasmenya yang entah keberapa kalinya.
“AAAAAHHHHHHHHH!!!! TERUSSSS PAKK!! AGHHHHH!!”
Gadis itu squirting, pertama hanya semburan kecil saja, namun segera diikuti dengan semburan kencang kuah memeknya sendiri. Bukan mani, bukan urin, namun sesuatu yang lain.
“AAAHHHH!!!”
Cairan persetubuhannya itu mengucur ke atas sprei, mengaliri paha Agus dan mulai membanjiri ranjang mereka. Tubuh Sonya bergetar-getar kembali sementara air liurnya mengalir panjang ke atas bantal. Remaja itu hanya bisa terisak merasakan kenikmatan di selangkangannya.
Gadis itu megap-megap kehabisan nafas sembari tertawa pelan.
“Anjing mati gua kalo dientot kayak gini terus…”
Agus tak berhenti, pinggangnya terus menyodok pantat Sonya hingga remaja itu akhirnya roboh. Basah kuyup dan nyaris pingsan.
Ruangan itu kini berbau menyengat. Sprei mereka hancur. Tubuh Sonya berkilauan bermandi keringat serta campuran cairan kenikmatannya sendiri, dadanya naik turun bagaikan sedang berlari marathon.
Mata indahnya hanya melihat ke arah HP yang masih terus merekam.
Gadis itu hanya tersenyum lemah.
Penis Agus masih tertanam di dalam pantat Sonya, dia belum klimaks sejak tadi. Kedua tangannya masih menggenggam pinggang muridnya sambil ngos-ngosan. Di depannya, Sonya sudah nyaris pingsan, wajahnya basah oleh keringat dan air liur, tubuhnya masih bergetar-getar pelan karena orgasmenya tadi.
Sonya kemudian kembali menatap pada Agus.
“Pak…”
“Ya sayang?”
Tangan Sonya dengan lemah berusaha meraih pada sisa seragam sekolahnya yang berserakan di atas ranjang.
“Dasiku… ambilin dasiku.”
“Buat apa sayang?” tanya Agus.
“Cekik aku pakai dasi sambil dientot. Aku mau Daniel liat.”
“Jangan aneh-aneh kamu.”
“Bapak belum crot kan? Kalau sambil dicekik nanti pantatku bakal makin sempit tau, Pak.” ucap Sonya sambil tersengal-sengal.
Agus hanya terdiam dan menimbang-nimbang permintaan itu. Pria itu memang belum orgasme dan rasanya tak akan ada ruginya menuruti permintaan Sonya. Toh sejak tadi muridnya itu menurut saja dia setubuhi seperti ini.
Dengan penis masih menancap di dalam tubuh Sonya, pria itu lalu meraih dasi abu-abu milik gadis itu dan melingkarkannya pada leher basahnya.
“Kamu yakin?” tanya Agus lagi.
Sonya hanya mengangguk sambil menjilati bibirnya.
“Kencengin lagi, Pak. Aku mau mukaku ungu. Aku mau urat leherku keluar. Aku mau mataku melotot. Aku mau Daniel liat semua yang nggak akan dia dapet.”
Agus pun menarik dasi di leher Sonya dengan lebih erat. Tidak mencekik, namun cukup untuk membuat nafas gadis itu tercekat.
Lalu perlahan-lahan Agus kembali menggerakkan pinggangnya, pelan namun makin dalam mengaduk lubang pantat Sonya. Satu tangannya memegang dasi. Satu tangan lagi memainkan payudaranya dari bawah.
Sonya melenguh, pelan dan serak
Tangan remaja itu melemas. Punggungnya melenting di tiap tusukan penis Agus. Dia tak lagi berbicara. Hanya lenguhan kecil dan sengal tertahan saja. Dia sudah kepayahan dan membiarkan gurunya itu berbuat sesuka hatinya.
“Heckh… Herghh… Aghh…”
Dasi di lehernya lama kelamaan semakin erat mencekiknya di tiap tusukan penis Agus.
“Hechh… Erghhhh… Eckh…”
Tubuh Sonya sudah terlalu lemah. Peluh keluar dari setiap pori-pori nya. Pahanya sudah licin oleh mani, wajahnya makin kosong, nafasnya makin berat di tiap tarikannya.
Tapi itu belum cukup bagi Sonya.
“Terussss… Ahhhh.. Teruuushh Pak.. Dikiiit lagi… Heckh… Jangan.. Ahhh… Stooophh….”
Agus memang tak berniat untuk berhenti. Dia masih keasikan mengaduk-aduk isi pantat Sonya, satu tangan menarik dasi semakin kencang sementara tangan kembali menggenggam pinggang muridnya itu.
Ritme sodokan pinggang Agus makin cepat. Panjang dan kasar yang membuat tubuh Sonya bergoyang-goyang ke depan dengan liar.
Lalu mendadak sesuatu dalam diri Sonya meledak.
Gadis itu tersedak.
Punggungnya membusur tajam.
Jari kakinya melengkung ke dalam.
Jemari tangannya mencakari sprei lembab di bawah tubuhnya.
Lalu tubuhnya mulai berkelojotan tak terkendali. Brutal dan tak terkontrol bagaikan hewan liar, seolah-olah Sonya tak bisa lagi mengendalikan dirinya sendiri.
“Oh my fuck! Fuck! Gerghhh!! I’m comiiiing! Ackh!! Pak Aguuuus!! Aku mau keluaarghhh!! Aku mau—”
Suaranya terhenti bersamaan dengan sensasi maha dahsyat di selangkangannya.
Suara semburan air kencang terdengar dari memeknya yang kembali squirting tak terkontrol. Pinggangnya tersentak-sentak dahsyat, seakan-akan terpelintir oleh kenikmatan birahinya sendiri. Namun Agus justru menahan pinggang Sonya, salah memahami tarian sekarat muridnya itu sebagai tarian kenikmatan.
“Ya sayang! Sebentar lagi bapak crot! Terus sayang!”
Sonya tak lagi bisa merespon.
Remaja itu menggelinjang tak terkendali, kaki menendang-nendang brutal, tangannya mencakari udara kosong, kepalanya hanya bisa menggeleng ke kanan kiri mengikuti instingnya untuk bertahan hidup.
Sonya berusaha merangkak ke depan, tak lagi tahu harus berbuat apa dengan sakaratul mautnya itu.
Gadis itu kembali squirting, cairan kental tak terkendali yang menyembur membasahi penis dan paha Agus.
“Terus sayang! Bapak hampir crooooot!!”
Lenguhan Sonya berubah menjadi geraman serak saja. Pendek dan putus-putus. Bola matanya telah terbalik memamerkan putihnya saja. Air liur membanjir tumpah dari mulutnya yang mangap lebar dengan lidah terjulur panjang.
Agus terus memompa pinggangnya.
Setiap tusukan memantik goyangan sekarat Sonya.
Gadis itu jatuh ke ranjang lalu melenting-lenting tak terkendali hingga punggungnya membusur abnormal. Satu kakinya menendang ke belakang. Sekujur tubuhnya menegang bagaikan tersengat listrik.
Lalu hening untuk sesaat sebelum tubuhnya melemas mendadak dan kembali menggelinjang dahsyat untuk terakhir kali.
Lalu Sonya tak bergerak lagi.
Mati.
Namun Agus masih sibuk mengejar klimaksnya sendiri.
Agus menggeram, pinggangnya terus menyodok-nyodok pantat Sonya. Tangannya terus menarik dasi yang tersimpul mati di lehernya. Muridnya tak berbohong, anusnya memang semakin sempit dan tambah nikmat saat dicekik seperti ini.
Sonya hanya diam. Tak lagi mendesah. Namun Agus masih tak sadar.
Dia belum juga klimaks.
“Anjing…” dia menggeram, matanya tertutup, nafasnya berat. “Dikit lagi sayang…”
Tubuh Sonya tampak berantakan di bawahnya. Punggungnya melengkung, pantat tetap menungging tinggi, wajah tertanam di bantal. Pahanya basah oleh cairan kelaminnya tadi. Sprei di bawahnya sudah basah dan berbau keringat. Mayat Sonya itu kini hanyalah sebatas sex doll untuk gurunya itu.
Penis Agus tetap keluar masuk dari pantat Sonya dengan ritme cepat. Jemarinya memerah akibat menarik dasi di lehernya dengan terlalu kencang.
“Ini yang Sonya mau kan?” ucapnya. “Mau Daniel liat semuanya. Mau bikin bapak crot juga…”
Agus meringis.
Dia hampir sampai.
Sonya bergoyang-goyang bagai boneka rusak. Liar, tak terkontrol dan melenting pelan mengikuti sodokan pinggang pria itu. Lubang pantatnya terkunci dan meremas-remas penis Agus hingga dia makin keenakan.
“Asu,” lenguhnya, keringat mengalir dari dagunya ke punggung Sonya. “Anjing, pantat kamu rasanya lebih dari memek..”
Lubang pantat Sonya terasa sangat nikmat untuk Agus.
Bagaikan mimpi.
Hangat. Sempit. Masih terasa hidup
Setiap kali tubuh Sonya tersentak, anusnya terasa makin memeras penis Agus. Dia bisa merasakan darah yang makin terkumpul di palkonnya.
“Kontol… Enak banget bool anak SMA…”
Agus membungkuk ke depan lalu menjambak rambut basah muridnya itu. Dia menyentaknya pelan dan mengangkat wajah Sonya ke arahnya, cukup untuk melihat ke arah mulutnya yang terbuka lebar dengan lidah terjulur panjang. Air liurnya tampak mengular turun ke sprei di bawahnya.
Sonya hanya diam
Tidak mendesah.
Tidak berkedip.
Namun tubuhnya terasa masih bergerak.
Bergetar.
Menyempit.
Agus tak merasakan sesuatu yang aneh.
Dia terus menyetubuhi muridnya itu dengan liar.
Dia sudah hampir orgasme.
Nafasnya makin memburu sementara penisnya semakin terasa geli.
“Anjing! Anjing! Anjing!” dia melenguh panjang, pinggangnya memompa pantat Sonya bagai senapan mesin. “Bapak hampir crot! Hampir! Sonya!”
Agus akhirnya orgasme.
Semburan pertama menyemburkan kencang hingga membuat tubuhnya berkelojotan tak terkendali.
Dia menusukkan penisnya makin dalam, menahan batang dagingnya di dalam kehangatan anus Sonya sebelum menghabiskan seluruh isi buah pelirnya.
Badai kenikmatan melanda Agus dengan membabi buta. Semburan demi semburan sperma mengisi lubang pantat muridnya itu selama 1 menit penuh hingga akhirnya tubuh Agus ambruk ke atas punggung Sonya. Penis masih penuh mengisi pintu belakang gadis itu.
Agus belum menyadari apa yang salah dan dia tak peduli.
Yang tersisa di kamar itu kini hanyalah suara nafasnya saja.
__________
03:08 AM
Setelah orgasmenya lewat, Agus lalu tertawa sendiri sembari melihat ke arah kamera yang masih terus merekam itu.
“Lu liat nggak, Niel?” tanya Agus dengan nada sombong. “Itu tadi Sonya kalo dientot sama laki beneran, bapak ajarin nih, ntar lu tonton sampai abis ya!”
Dia terkekeh pelan sebelum kembali menatap pada tubuh lemas Sonya.
Remaja itu masih menungging, pantatnya tampak memerah karena sodokan brutalnya tadi. Paha dalamnya basah dan lengket sementara wajahnya yang tertutup rambut tampak menyamping di atas bantal lembab itu.
Pria itu lalu menampar pantat Sonya dengan gemas. Tak ada reaksi.
Agus hanya tertawa. “Anjing, enak banget ya kontol bapak? Sampai teler gitu?”
Melihat kondisi muridnya itu, penis Agus yang masih bersarang di pantat Sonya perlahan kembali menegak.
Orgasme tadi adalah orgasme terdahsyatnya seumur hidup.
Dia menempelkan keningnya di punggung Sonya sembari mengatur nafasnya. Lalu, perlahan dia mulai bergerak kembali. Pelan dan santai, hanya untuk merasakan sensasi sempit di penisnya.
“Bangsat…” ucapnya. “Lubang pantat kamu kayak narkoba sayang…”
Dia menciumi punggung basah Sonya, lalu ke arah leher dan telinganya.
Masih tak ada reaksi.
Namun tubuhnya masih hangat.
Agus pun tersenyum.
“Kamu istirahat aja sayang, biar bapak yang kerja.”
Dia mengangkat wajahnya lalu meraih payudara raksasa Sonya dari belakang.
“Hehe tobrut kamu dari tadi belum bapak mainin…”
Pria itu lalu meremas-remas gundukan daging itu dan mengangkat buah dada Sonya yang lebih besar dari kepalanya itu. Beratnya tak natural, seperti beban mati namun Agus tak peduli.
“Anjing, tetek kamu berat banget sayang.”
Dia menguleni payudara Sonya dengan gemas lalu mengangkat tubuh gadis itu ke arahnya. Memeluk gadis itu dari belakang sembari terus menggenjot pantatnya.
Kepala Sonya tersandar di pundaknya, pria itu lalu menciumi kembali lehernya, lebih mesra kali ini.
Lalu dia kembali melihat kepada HP yang masih merekam perbuatan bejatnya itu.
“Lu liat kan, Niel?” Agus terengah, satu tangan menggerayangi payudara Sonya sementara tangan lain memegang dagunya agar menghadap ke kamera. “Liat nih pacar lu gua entot sampai pingsan.”
Dia menekan pipinya Sonya, membuat mulutnya makin terbuka.
“Ngomong aja nggak sanggup,” Agus tertawa kecil. “Keenakan diewe.”
Dia lalu kembali menggenjot pantat Sonya dengan santai. Sperma dari orgasmenya barusan menetes-netes dari anus gadis di tiap tusukan penis Agus.
Tangan pria cabul itu lalu turun kembali ke klitoris Sonya, memijatnya pelan dalam gerakan memutar sembari menciumi bahunya sambil berbisik, “Pinter banget kamu ngentotnya sayang…”
Tubuh Sonya tak bereaksi.
Tak bergerak. Tak bernafas.
Namun Agus terus memompa penisnya.
“Kamu orgasme terdahsyat bapak,” bisiknya. “Kamu ngasih itu ke bapak, bukan ke Daniel.”
Dia merengkuh pundak Sonya lalu mendorongnya kembali menelentang ke ranjang.
Tangannya jatuh lemas ke sisi tubuhnya sementara payudaranya bergoyang pasrah dan jatuh ke kanan kiri karena terlalu berat.
Agus tak melihat pada mata mendelik Sonya yang tertutup rambut. Tidak juga melihat pada bibirnya yang membiru dipenuhi liur.
Dia hanya merasa bangga karena telah berhasil menyetubuhi anak didiknya yang telah dia incar sejak lama itu.
Dia mengambil HP dari tripod dan lanjut merekam tubuh Sonya.
“Gimana, Niel?” ujarnya pada kamera sambil tertawa. “Liat nih, pacar lu selingkuh terus gua ewe sampai kayak gini.”
Dia kembali memainkan kepala penisnya pada pantat Sonya.
“Gua nih yang dapet boolnya. Nanti di sekolah bapak ceritain deh rasanya nge-anal Sonya.”
Dia lalu kembali menusukkan penisnya pada anus Sonya yang masih berlumuran spermanya sendiri itu.
Sonya tak lagi bergerak, tak lagi mendesah manja.
Agus lalu mengambil video dari low angle untuk memperlihatkan penisnya yang sedang keluar masuk di anus Sonya.
“Dah nggak ngelawan dia.” ujar Agus sambil nyengir. “Keenakan ni lonte, liat deh.”
Dia mengarahkan HPnya ke arah muka Sonya.
Agus lalu mencabut penisnya dan berdiri untuk mengambil video lain dari atas.
Sonya telentang tak bergerak. Selangkangannya banjir dan terbuka lebar, payudaranya bengkak sementara wajah cantiknya tampak tertutup rambut. Di lehernya masih terlilit dasi sekolah miliknya sendiri.
“Ini yang terjadi kalau pacar lu ditinggal sendiri sama gua.” ucap Agus sambil tertawa. “Datang buat curhat soal elu, eh endingnya malah minta dientot.”
Dia mendengatkan HPnya pada wajah Sonya yang tampak kosong dengan lidah terjulur panjang.
“Lu pikir dia diem karena pemalu?” kata Agus sambil tertawa. “Nggak lah, dia diem karena dia udah kenyang sama kontol gua. Karena gua ngentotnya bener.”
Agus berdiri dan meregangkan ototnya.
Dia meminum air mineral di atas meja dan berjalan kembali ke ranjang.
“Masih belum bangun sayang?” ujarnya, melihat pada tubuh bugil Sonya. “Kamu lubang terenak yang pernah bapak cicipin.”
Agus kembali naik ke ranjang dan mengarahkan HPnya pada selangkangan Sonya. Dia mengangkat kaki kirinya lalu membuka selangkangannya lebih lebar, memperlihatkan genangan aneka cairan tubuh di bawah lubang kelaminnya yang gendut.
“Liat tuh,” ucapnya. “Lu pernah bikin dia banjir kayak gini ngga?”
Dia kembali mengarahkan palkonnya pada bibir anus Sonya yang masih licin membasah.
“Udah gua latih dia,” ucapnya. “Punya gua sekarang.”
Dia lalu kembali menusukkan penisnya perlahan, mengisi rektumnya yang masih sempit dan licin itu.
Sonya tak bereaksi tapi Agus tak peduli.
Dia kembali menarik dasi di leher Sonya dan menggenjotnya dengan ritme cepat.
“Lu denger nggak?” ucap Agus.”Itu suara kontol gua ketemu sama pantat montok pacar lu.”
Dia lalu berbisik pada Sonya.
“Ini lubang yang nggak boleh dipakai Daniel ya, sayang?”
Agus lalu kembali menghajar lubang kelamin Sonya tanpa ampun, memek dan anusnya digunakan bergantian. Setiap tusukan berisik hinaan pada Daniel.
“Ini memek gua.”
“Dia ngedesah kenceng banget pas gua ewe.”
“Dia nggak pernah orgasme kalo lu entot kan?”
“Pernah liat dia banjir gini nggak?”
Sonya tetap diam. Tangannya lemas. Rahangnya menganga lebar.
Agus tak berhenti hingga dia kembali orgasme.
Tubuhnya ambruk di atas payudara Sonya, penisnya masih dalam tertancap di memeknya.
“Semua lubang kamu memang juara, sayang.” bisiknya.
Agus masih belum puas, bagaikan kesetanan dia merekam semua yang dirinya lakukan pada Sonya dengan detail.
Dia kembali menyetubuhi Sonya sambil memegang HPnya di depan payudaranya yang berukuran fantastis. Gunungan daging itu hanya bergoyang-goyang pasrah mengikuti setiap tusukan pinggang Agus. Kepalanya kini menghadap ke samping, rambut masih menutupi setengah wajahnya.
“Kamu perfect banget sayang, ngebiarin bapak ngentotin kamu kayak gini.”
Agus lalu memakai mulut Sonya. Dia merekam keluar masuk penisnya dari atas. Mulut remaja itu menganga pasrah. Basah dan tanpa reflek tenggorokan. Pria itu hanya tertawa-tawa menikmati tenggorokan Sonya.
“Bangsat, mulut kamu rasanya aja kayak memek.”
Waktu bergulir hingga menjelang pagi.
Agus tidak tidur, hanya beristirahat sejenak untuk minum sebelum kembali menikmati tubuh Sonya. Berkali-kali dia menunggangi gadis itu. Mencoba berbagai posisi dan berbagai angle video.
Baterai HPnya sampai habis di tengah jalan. Namun dia charge lagi sebelum kembali merekam.
Sonya tak pernah bereaksi
Agus tak pernah berhenti.
__________
05:14 AM
Saat pagi akhirnya tiba, mayat Sonya sudah makin dingin di atas ranjang. Kulit putihnya memucat dan lengket karena berbagai cairan tubuh yang telah mengering. Selangkangannya tetap terbuka sementara dasinya masih terkunci di leher jenjangnya.
Agus keluar dari kamar mandi setelah mencuci muka barusan. Dia berdiri di pinggir ranjang lalu melakukan stretching. Otot perutnya sakit, penisnya perih namun dia merasa bangga atas apa yang terjadi semalaman.
Dia mengelus pipi Sonya dan terkekeh.
“Nggak nyangka gua bisa bikin cewe pingsan kaya begini.”
Dia meremas-remas payudara Sonya dengan gemas dan tertawa kecil.
“You’re welcome, sayang.”
Dia lalu mengambil HP Sonya dan membuka gallery nya. Ada lusinan video persetubuhan mereka di sana.
Dia menonton beberapa. Saat dia menggenjot Sonya dari belakang, saat gadis itu mendesah, saat squirting dan bahkan saat Sonya meneriakkan namanya sebelum orgasme. Saat dia memohon untuk terus disetubuhi.
“Anjing, tambang emas ini.”
Dia lalu membuka kamera depan dan merekam dirinya sendiri dengan Sonya sebagai latar belakangnya, dengan selangkangan terbuka lebar penuh dengan sperma.
“Hai Niel, liat nggak bapak kebangun sama siapa? ucap Agus sambil memperlihatkan tubuh telanjang Sonya. “Cewek lu nih.”
Dia memutar angle kameranya dan memperlihatkan wajah Sonya yang telah pucat dengan mata melotot yang mengintip dari balik rambutnya.
“Bilang bye ke pacar kamu, sayang,” bisik Agus pada Sonya sebelum mengirimkan beberapa video seks mereka pada Daniel.
—
05:31 AM
Agus berdiri di pinggir ranjang. Dia hendak mandi namun dia berhenti untuk menikmati pemandangan indah di depannya.
Sonya.
Masih terbaring bagaikan sedang kelelahan saja.
Selangkangan lebar terbuka. Wajah kosong dengan mata mendelik lebar. Tubuhnya putih pucat terkena sinar matahari pagi.
Sempurna.
Masih basah. Masih menggoda.
Masih miliknya.
Dan hal itu membuat penisnya lagi-lagi menegak.
Dia tersenyum sembari mengocok penisnya dengan pelan. Dia lalu melihat pada HP Sonya yang tergeletak di ranjang.
“Ah, bisalah sekali lagi biar ngajarnya semangat.” ucapnya.
Dia mengambil HP itu dan kembali merekam.
Dia memanjat tubuh montok muridnya itu. Satu tangan membuka kakinya sebelum mengarahkan penis kebanggaannya itu kembali ke memek Sonya yang masih penuh sperma. Liang kenikmatannya itu terasa semakin dingin.
“Bangun sayang,” ujarnya sambil meringis. “Satu ronde lagi.”
Sonya tak bereaksi.
“Sayang?”
Agus mulai merasa ada yang aneh. Dia lalu menempelkan telinganya pada payudara Sonya untuk mendengarkan detak jantungnya selama beberapa saat sebelum menepuk keningnya.
“Anjing, mati lagi ******!”
Agus mengumpat bukan karena Sonya tewas, namun karena dia tidak akan bisa menikmati tubuhnya lagi setelah ini.
“Kebablasan lagi gua bangsat…”
Sonya adalah korban keempat Agus sejauh ini setelah Aurel, Aby, dan Anna sehingga pria itu santai saja. Dia tinggal menyuruh Pak Wira untuk beres-beres seperti biasanya.
Agus hanya menghela nafas sebelum kembali mengarahkan pandangannya pada mayat Sonya.
“Terakhir ya sayang…”
Agus mencium bibir Sonya sebelum kembali menusukkan penisnya pada liang kencing remaja itu. Meski tak bernyawa, memeknya terasa makin sempit dan licin karena bekas sperma yang mulai mengental di dalamnya.
“Anjing! Tetep enak ni memek bangsat!”
Dia kembali merekam dari atas. Memperlihatkan penisnya yang keluar masuk di memek Sonya dengan brutal, lalu ke arah payudaranya yang menari-nari liar.
“Mantep banget memek pacar lu, Niel!”
Agus lalu mengarahkan HPnya kembali ke wajah Sonya.
“Lu nggak pernah liat dia kayak gini kan?”
Agus semakin cepat menyodok kemaluan gadis itu. Dia hampir orgasme lagi.
“Cantik banget kamu sayang. Pasrah jadi budak kontol bapak.”
Dia lalu membuang HP itu ke ranjang kemudian meraih kedua mata kaki Sonya dan menekan kaki jenjang muridnya itu ke arah dadanya, menekuk tubuh remaja itu sembari menusukkan penisnya tanpa ampun.
Tubuh Agus kembali mengejang sebelum menyemburkan spermanya kembali.
“Anjing!”
Pria itu mengatur nafasnya. Membiarkan penisnya tetap tertanam pada memek gendut Sonya.
Dia lalu kembali berbicara ke arah HP.
“Cari pacar baru deh, Niel.” ucapnya. “Yang ini udah kadaluarsa…”
__________
05:48 AM
Aliran kental sperma keluar dari memek Sonya dan kembali membasahi sprei yang telah berubah warna itu.
“Ayo mandi, sayang.”
Agus mengangkat tubuh Sonya, menaruh tangannya pada ketiak gendutnya yang basah.
Tangan gadis itu lemas di sisi tubuhnya sementara kepalanya terantuk ke depan, dagunya menempel pada dadanya sendiri. Dia masih mendelik lebar.
“Abis ini kamu bakal dipakai sama Pak Wira.”
Agus mencium kening Sonya lalu menyeretnya ke kamar mandi. Bugil, lengket, dan tak bergerak lagi.
__________
06:03 AM
Agus menyenderkan tubuh Sonya di atas wastafel. Payudaranya tumpah ke dalam sink yang menyangga dirinya agar tetap berdiri. Kedua tangannya lemas ke samping sementara keningnya menempel pada cermin di depannya.
“Seksi banget kamu, sayang…” ujar Agus.
Pria itu lali membuka kedua bongkahan pantat gadis itu dengan tangannya, melihat pada hasil karyanya semalam suntuk. Kedua lubang kelamin Sonya tampak membengkak Kemewahan dan penuh berisi spermanya sendiri.
Agus lalu berbisik di telinga Sonya, “Pantat sama memek kamu bapak kasih ke tukang kebun ya? Tenang, Daniel tetep nggak bakal dapet kok…”
Pria itu lalu memotret mayat Sonya yang sudah tersaji di wastafel dan mengirimkannya pada Pak Wira untuk dibereskan.
Di sekitar UKS mulai terdengar suara aktivitas sekolah yang mulai sibuk.
__________
06:15 AM
10 orang tukang kebun yang dipimpin Pak Wira kemudian datang ke depan UKS tempat Agus yang sedang menunggu.
“Mau diberesin kayak gimana pak?” tanya Pak Wira.
“Gantung aja kayak biasa.”
“Boleh dipakai dulu kan Pak?” ucap Pak Wira lagi.
“Sikat aja pak, bagi aja yang rata.” ujar Agus sambil tertawa dan meninggalkan Sonya pada pria-pria di sana.
Pak Wira dan para anak buahnya kemudian dengan tak sabar memasuki kamar mandi UKS tempat tubuh Sonya tersaji. Segera saja celetukan-celetukan cabul terdengar dari pria-pria di sana.
“Anjing, ga pernah jelek ni lonte-lonte Pak Agus…”
“Ini Sonya ratu tobrut itu kan ya?”
“Buset lubangnya dipake sampai sampai lodoh semua gini…”
“Tumben nggak ngompol…”
Seperti biasa, Pak Wira menjadi orang pertama yang menjajal tubuh Sonya sementara yang lain membereskan UKS terlebih dahulu.
__________
Tubuh Sonya lalu dipindahkan ke ruang istirahat pekerja di bagian belakang sekolah untuk digilir kembali selama beberapa jam sebelum ‘dibereskan’. Tak hanya para tukang kebun, bahkan beberapa security dan guru akhirnya juga turut menikmati tubuh Sonya yang ditunggingkan di atas tikar di tengah ruangan.
Pria-pria bejat itu bahkan sampai mengantri untuk bergiliran menikmati prasmanan memek dan anus Sonya. Tak kurang dari 30 orang sempat menikmati gadis itu sebelum tubuhnya akhirnya digantung pada pohon angker di belakang sekolah.
Mayatnya lalu ‘ditemukan’ saat jam istirahat pertama dan langsung menjadi tontonan seisi sekolah karena digantung tinggi hingga membutuhkan petugas damkar untuk diturunkan. Segera saja pemandangan itu menjadi santapan mata gratis bagi murid-murid yang tak segan-segan mengabadikan tubuh montok gadis itu.
Menjelang siang, mayat bugil Sonya sudah terlanjur viral di media sosial sehingga keluarganya bahkan tidak meminta otopsi. Daniel yang shock justru pindah sekolah hingga membuat perbuatan bejat Agus akhirnya tidak terendus oleh polisi.
Leave a Reply