“Maaf pak? Kerja dari rumah?” Dhani bertanya. Kerut di keningnya menunjukkan kegelisahan akibat bertumpuknya berbagai kekhawatiran.
“Iya,” jawab Andrew, direktur di perusahaan Dhani bekerja. Nada suaranya kalem, tapi tetap tak bisa menyembunyikan stres yang sama besarnya dengan Dhani. Hati Andrew tidak 100% yakin dengan keputusan ini, tapi mau bagaimana lagi? “Soalnya pemerintah udah mutusin buat Lockdown. Tidak boleh ada yang ngantor, kecuali sektor vital.”
“Semua karyawan kerja dari rumah?” Dhani bertanya sekali lagi. Kali ini sambil menoleh ke Dimas, managernya. Ekspresi Dimas juga sama resahnya dengan Dhani.
“Betul,” sambung direktur Andrew. “Makanya saya minta tolong sama kalian berdua, buat bantu install-in komputer di rumah karyawan perusahaan kita.”
“Tapi… orang IT di kantor kita… cuma kami berdua, pak…?” kali ini Dimas yang bertanya. “Sementara karyawan kita ada 50 orang lebih!”
“Ya nggak sehari kelar juga lah, Dim…” Andrew menghela napas. “Kamu kan manager IT di sini. Coba kamu atur bagi-bagi tugasnya sama Dhani gimana.. Intinya, saya mau bulan depan semua karyawan udah bisa kerja dari rumah masing-masing. Urusan internet, listrik, dan biaya lain nanti kantor yang subsidi.”
Andrew memejamkan matanya sebentar sambil mengurut keningnya. Matanya mungkin hanya terpejam sesaat, tapi di momen itu ribuan memori berkelebat di otaknya. Seperti saat dia ditunjuk sebagai direktur setahun yang lalu, di mana separuh manajer menganggap Andrew yang baru menginjak usia 30 dianggap terlalu muda untuk memimpin perusahaan ini.
Atau momen 3 bulan setelah dia menjabat sebagai direktur. Ketika seorang manager yang disukai semua karyawan kantor karena sifat royalnya, terpaksa dia pecat karena ketahuan menggelapkan uang operasional kantor. Meski pelakunya tertangkap basah dengan bukti valid, Andrew tidak membeberkan kesalahannya ke seluruh kantor demi menjaga nama baik sang manager. Masalahnya, si oknum ini malah menyebar fitnah kepada Andrew.
Namun momen terburuk Andrew adalah peristiwa yang terjadi 5 bulan setelah kasus pemecatan itu. Istrinya tiba-tiba sakit keras. Andrew sampai harus meninggalkan kantor selama sebulan demi menjaga istrinya. Naas bagi Andrew, kantornya jadi tidak perform, istrinya pun tidak terselamatkan.
Dan ketika Andrew menunjuk seorang asisten dengan tujuan menempatkan orang yang bisa dia percaya untuk mengabarkan situasi kantor saat dia tidak hadir; asisten tersebut malah dituduh wanita simpanan Andrew selama ini. Padahal kinerja asisten barunya ini sangat baik. Terbukti performa dan pendapatan kantor melesat nyaris 3x lipat sejak Andrew dan asistennya bekerjasama.
Sungguh perusahaan ini bagaikan bawa sial buat Andrew. Persis ketika kondisi kantor sedang kembali baik-baik saja, tiba-tiba pandemi melanda. Kini Andrew harus memimpin perusahaannya dengan cara yang tidak pernah dicoba sebelumnya: 100% work from home.
“Hmm… mulai kapan pasang komputernya, pak?” tanya Dhani memecah lamunan Andrew.
“Yang pasti saya akan umumin kebijakan ini siang ini juga. Nanti… karyawan yang lumayan ngerti soal komputer boleh angkut sendiri komputernya ke rumah masing-masing. Kalo yang gaptek, saya minta tolong kalian bantu, ya?” Andrew menjawab dengan lugas.
Dhani dan Dimas saling tatap. Sama-sama paham kalau mau tidak mau mereka harus terima situasi ini.
“Sudah clear? Ada yang mau ditanyakan lagi?” tanya Andrew. Kedua karyawan IT-nya menggeleng. “Bagus. Lisa, kamu udah siapin draft pengumumannya?”
Perempuan yang bernama Lisa itu mengangguk. “Tadi udah saya kirim ke email bapak. Kalau sudah oke, bisa bapak copy-paste untuk bapak blast langsung ke semua karyawan.”
Ketika Andrew dan Lisa sama-sama memandang layar komputer, Dhani dan Dimas sama-sama memandang Lisa. Di mata mereka berdua, perempuan yang jadi asistennya Andrew ini cantiknya nggak ada obat, mirip kayak artis Korea. Kulitnya putih banget kayak nggak pernah ketemu matahari. Dan wangi parfumnya itu… beuh…. semerbak tapi nggak menusuk hidung gitu.. Dan aromanya tahan lama! Orangnya udah lewat dari kapan, wanginya masih bertahan.
Bukan cuma cantik, Lisa ini kerjanya bagus.
Cuma… menurut Dhani, agak aneh aja gitu tiba-tiba orang secantik Lisa masuk dan jadi asisten direktur. Sebab selama ini direktur-direktur sebelumnya nggak pernah punya asisten atau sekretaris. Masalahnya, si Lisa ini masuk dan langsung nempelin si bos kemana pun tidak lama setelah istri pak Andrew meninggal.
Apakah Lisa ini aslinya adalah ani-ani simpenan si bos kah? Entahlah. Dhani sih merasa wajar-wajar aja kalau si bos kepatil sama Lisa. Dia emang secantik itu. Bahkan Dhani yakin semua karyawan cowok di kantor ini nggak akan ada yang nolak kalau disodorin Lisa.
Terlepas dari body-nya yang perfect, Dhani suka banget sama bibir Lisa yang seksi. Sebelum semua orang wajib pakai masker biar nggak ketularan covid, Dhani suka banget memandang gerak bibir Lisa dari jauh sambil membayangkan bibir manis itu mengulum batang kontolnya.
“Oke. Kita kirim siang ini!” Kini gantian Andrew yang menyadarkan Dhani dari lamunan joroknya. Dan… melihat reaksi Dimas yang sama kagetnya, sepertinya dia juga sempat melamun jorok barusan.
“Oke pak…” jawab Lisa dengan suara lembutnya.
“Dim! Kamu bisa pasangin komputer ini ke rumah saya?” tanya Andrew sambil menepuk monitor komputernya. “Saya kurang suka kerja pake laptop, layarnya kecil.”
“Bisa pak!” jawab Dimas dengan semangat. “Hari ini?”
“Iya, hari ini ajalah. Biar mulai besok kamu sama Dhani bisa fokus bantuin pasangin komputer di rumah karyawan kita.”
“Oke bos. Kalo gitu sekarang saya ijin matiin komputer bapak, ya? Biar bisa langsung saya siapin buat diangkut ke rumah bapak.”
Dimas tersenyum menyebalkan ke arah Dhani. Andrew ini terkenal direktur yang dermawan. Suka ngasih tips berlimpah kalau habis minta tolong sesuatu. Bisa dipastikan habis ini Dimas bakal pamer duit ratusan ribu kepada Dhani.
“Kalo gitu saya pamit dulu, pak” Dhani mohon ijin dengan nada lemah.
“Eh, kamu bantuin pasangin komputer Lisa aja, Dhan?!” pak direktur menunjuk Dhani. “Hari ini bisa, kan?”
Sore harinya, Dhani berada di kos-kosan di kawasan Kuningan. Dhani pikir Lisa ini anak orang kaya. Soalnya penampilannya selalu terlihat mewah dan elegan.
Tapi kalau dilihat dari kosannya, sepertinya Lisa dari kalangan biasa-biasa saja. Dhani pun baru sadar kalau HP Lisa adalah Android keluaran 2 tahun lalu, bukan iPhone seri terbaru seperti yang ditenteng ani-ani jaman sekarang.
“Di sini, aja mas komputernya,” kata Lisa setelah membereskan meja riasnya. Peralatan kosmetik dan skin care-nya tidak sebanyak milik pacarnya Dhani. Mungkin karena aslinya sudah cantik banget kali ya, jadi wajahnya tidak perlu dipoles tebal-tebal?
“Ada tempat colokan, nggak?” tanya Dhani mencari sumber listrik sambil menata komputer. Untungnya semua komputer kantor bertipe All-in-One, dimana PC dan monitornya jadi satu, sehingga tidak memakan tempat di meja.
“Mas mau nyolok apa?” tanya Lisa.
Mau nyolok memeklu pake kontol gue! Batin Dhani dalam hati. Tapi tentu bukan itu yang dia lontarkan. “Ini… komputernya kalo nggak dicolok ke listrik jadi nggak bisa dinyalain, dong?”
“Oh.. iya.. Maap ya mas. Aku nge-lag otaknya haha..” Lisa menertawakan kebodohannya sambil menepukkan kedua tangannya ke depan dada. Saat Lisa menepukkan tangan itu lah Dhani bisa melihat lengan Lisa sedikit menggencet gunung kembarnya yang kenyal.
“Pake colokan TV dulu aja deh, Mas. Aku juga jarang nonton TV kok,” jawab Lisa.
Dhani berusaha menahan sikapnya untuk tidak langsung menyergap Lisa ke kasur. Dhani salurkan gelora jiwanya untuk menggeser meja rias Lisa, agar lebih dekat ke colokan TV.
Melihat Dhani menggeser-geser meja, tiba-tiba Lisa melontarkan ide. “Mas, tolong sekalian geserin kasurnya juga deh. Biar di situ jadi area kerja aku… di sini jadi bisa ada space buat aku yoga sama sholat.”
Awalnya Dhani nggak terima. Emosi lah dia… Orang disuruh ke sini buat masang komputer, kenapa jadi kudu geser-geser kasur? Tapi… ada satu kata yang bikin Dhani ke-trigger sama ucapan Lisa barusan.
“Hmm.. mbak Lisa maaf aku mau tanya”
“Iya, mas?”
“Mbak Lisa sholat?”
“Hah? Iya. Emang kenapa mas? Aku nggak boleh sholat?”
“Oh.. bukan… saya pikir mbak Lisa non-muslim.”
“Ooo… saya muslim, kok mas. Mas juga, kan?”
“Engg… iya saya muslim juga,” jawab Dhani. Meskipun dalam hatinya nggak ingat kapan terakhir kali dia sholat.
“Nah, kalo gitu kebetulan. Habis ini kita sholat jamaah, yuk?”
“Hah??”
“Iya. Kan udah masuk Ashar. Itung-itung latihan…”
“Latihan apa, mbak?”
“Mas Dhani latihan jadi imam keluarga! Saya jadi makmumnya..”
Kalimat itu sukses bikin emosi Dhani hilang. Bahkan kini dia dengan semangat geser-geser kasurnya Lisa biar bisa cepet-cepet sholat bareng.
Lisa ambil wudhu duluan, lalu Dhani menyusul setelahnya. Saat wudhu itu, Dhani jadi inget obrolan dia sama anak-anak kantor beberapa hari yang lalu.
Waktu itu dengan nakalnya mereka berfantasi andaikan Lisa bisa mereka gilir. Kocaknya, salah satu teman mereka malah bertanya, “Lisa tuh non-muslim kan, ya?”
“Apa hubungannya anjir. Ngewe mah ngewe aja…” celetuk Dimas.
“Nah! Betul itu.. Kenapa jadi bawa-bawa agama, dah” Dhani ikut protes.
“Bukan gitu… maksud gue.. Kalo dia non-muslim gue nggak bakal crot di dalem sih. Repot kalo hamil. Beda agama cuy.. Nggak bisa langsung kita nikahin gitu aja…” ujar teman mereka.
“Ooo…” Dhani baru paham arah pertanyaan temannya. “Tapi gue selalu ngebayangin crot di mulutnya sih hehehe…”
“Iya anjir bibirnya Lisa seksi banget..” sambung Dimas.
Dan obrolan pun berlanjut. Namun asumsi ‘Lisa itu non-muslim’ kepalang diyakini oleh mereka semua. Hanya karena Lisa (dianggap) beda server dengan mereka, mayoritas karyawan kantor jadi sepakat bahwa Lisa ini bukan wife materials buat mereka. Apalagi status Lisa kepalang dicap sebagai cewek simpenan.
Namun situasi Dhani saat ini jelas menggugurkan status tersebut.
Lisa muslim, coy! jerit Dhani dalam hati.
Dan… OMG, penampilan dia dengan mukena sungguh bagaikan bidadari turun ke bumi. Dhani yang baru kelar ambil wudhu langsung merasa dihembus angin surga.
Ketika mereka sholat berjamaah, Dhani yang selama ini jauh dari ibadah tiba-tiba sholat dengan khusyuknya. Hatinya berdoa dengan sungguh-sungguh, untuk diberi jalan agar bisa mendapatkan Lisa.
Bagaikan mendapat mukjizat, tepat ketika mereka selesai sholat, Dimas menelepon Dhani.
“Halo, bang?” sapa Dhani.
“Coy, jangan lupa pasangin Teamviewer ya di komputernya Lisa! Biar nggak repot kita kalo komputernya error. Biar bisa kita remote dari rumah,” instruksi Dimas.
“Siap, bang. 86!”
Telepon dari Dimas seolah jadi jawaban doa Dhani barusan. Dengan software itu, Dhani bisa mengakses semua hal yang ada di komputer Lisa. Terutama webcam-nya hehehe…
“Mbak Lisa, nanti kalau komputernya udah selesai dipake, nggak usah di-shutdown ya…”
“Kenapa, mas?”
“Nggak apa-apa, ini barusan saya setting komputernya buat install update tengah malem.… pas mbak Lisa udah selesai kerja.”
“Oh.. iya sih. Pernah tuh waktu aku mau pulang malah harus nungguin komputernya selesai update. Hampir setengah jam baru bisa dimatiin komputernya,” curhat Lisa.
“Nah, makanya ini udah saya setting biar otomatis update di tengah malam, pas komputernya udah nggak dipake.”
“Tapi boros listrik nggak, mas?”
“Enggak kok. Komputer tipe ini iritnya setara sama laptop. Nggak boros listrik sama sekali.”
“O gitu…”
“Cuma jangan kaget ya kalo komputernya kayak restart atau buka software sendiri tengah malem… itu tandanya lagi otomatis update” Dhani cari-cari alasan.
“Oke mas… makasih infonya.”
Karena urusan Dhani sudah beres, dengan berat hati dia pun pamit. Sebelum berpisah, Dhani sempat minta nomor HP Lisa dengan alasan biar gampang kalo butuh bantuan soal komputer.
Sebulan berlalu dan akhirnya semua karyawan kantor mulai kerja dari rumah. Otomatis, kerjaan Dhani dan Dimas pun cuma standby. Hanya jadi team support ketika ada karyawan yang butuh bantuan soal komputer.
Kebanyakan sih pada bertanya cara pakai Zoom.
Cara login nya gimana, pak?
Saya lupa password, pak?
Caranya share screen gimana, pak?
Cara pasang background Zoom gimana, pak?
Cara pasang filter Zoom biar muka saya jadi bebek gimana, pak?
Tolong pak. Suara saya jadi kayak robot!
Dan sebagainya.
Di bulan kedua, permintaan bantuan itu makin jarang. Dhani jadi punya waktu luang lebih banyak buat ngintip komputer Lisa.
Sebetulnya… kemarin-kemarin pun Dhani udah ngintipin dia. Udah banyak banget foto-foto Lisa yang dia ambil diem-diem.
Dan karena sekarang Dhani makin gabut, dia mulai eksplor hal lain yang bisa diakses di komputer Lisa. Awalnya Dhani ngintip akun ecommerce Lisa buat ngintip cewek kayak dia itu shopping apa aja.
Hmm.. belanjaannya standar sih. Cuma seputar masker, hand sanitizer, skin care, dsb.
Tapi kalo Dhani intip isi keranjangnya….
Hmm.. menarik.
Ada beberapa barang elektronik yang mengantri untuk Lisa checkout.
Ada tripod, ada ring light, wahh… mau jadi beauty influencer rupanya. Cocok sih dia. Cewek secantik dia pasti langsung FYP di Tiktok.
Dhani sudah follow akun Tiktok Lisa. Masalahnya gadis itu belum pernah posting apapun di akun Tiktoknya.
Ada juga alat pijat di keranjang kuning Lisa. Gampang pegel kali ya dia?
Soalnya beberapa kali Dhani lihat di webcam, Lisa ini lumayan rajin yoga. Nggak heran kalo body-nya bagus.
Hmm.. Dhani jadi tertarik beli. Dulu jaman masih ngantor, Dhani dan anak-anak kantor masih suka ke tempat pijet sebulan sekali. Sekarang tempat pijet sudah tutup semua karena Lockdown.
Yaudah kita beli lah!
Dhani klik alat pijet yang di keranjang belanja Lisa dan…. Wait…
Ini sih sih bukan alat pijet. Namanya doang “Alat Pijat Massage Getar” tapi aslinya mah ini vibrator anjir…
Dhani perhatiin baik-baik fotonya. Deskripsinya. Reviewnya… FIX INI VIBRATOR!
Soalnya barang-barang yang dijual di tokonya pun kayak sex toys, kondom, pelumas, lingerie, kostum seksi, borgol, pecut, lilin….
Ah anjir udah pasti ini bukan alat pijet ini mah! batin Dhani. Gila sih gara-gara satu barang doang, penilaian gue soal Lisa jadi berubah.
Gara-gara kemarin ngajak sholat, Dhani kira Lisa cewek baik-baik.
Cewek baik-baik nggak mungkin kepikiran beli vibrator anjir! batin Dhani sekali lagi.
Dhani jadi penasaran lebih jauh sama sosok Lisa. Dia lanjut eksplor lagi komputer Lisa. Sekarang dia coba intip history browsernya. Bisa jadi kalo dia emang cewek nakal, Lisa rajin buka forum Semprot atau situs bokep, ya kan?
Tapi sayangnya… history browser-nya Lisa bersih. Isinya cuma situs-situs yang berkaitan sama kerjaan, Youtube, berita, komik webtoon, sama twit**ter.
Isi timeline twit**ternya pun bersih. Dia jarang ngetwit, tapi lumayan rajin nge-retweet dan nge-like info artis K-Pop dan webtoon terbaru.
Dengan kecewa, Dhani klik salah satu link webtoon itu dan… baru deh dia paham. Ternyata Lisa ini punya akun premium buat baca webtoon vulgar. Dan vulgarnya bukan yang stensilan semi-semi doang. Ini beneran ada adegan seks, perkosaan, gangbang, dan sebagainya.
Hahahaha… Dhani happy banget bisa tahu sisi lain Lisa.
Dan setelah Dhani pertimbangkan masak-masak, dia memutuskan untuk membeli vibrator yang ada di keranjang Lisa.
Salahnya Dhani adalah… dia order belanjaan itu pakai promo gratis ongkir. Jadi butuh waktu sekitar 5 hari buat paketnya sampai ke kosan Lisa. Selama 5 hari itu Dhani merasa gelisah, galau, merana. Bener-bener nggak sabar ngeliat reaksi Lisa pas buka paketnya.
Pada akhirnya, hari yang Dhani tunggu-tunggu itu pun tiba. Di hari Minggu siang, Lisa yang lagi asik nonton Youtube tiba-tiba pergi ke arah pintu untuk menerima beberapa kotak paket dari kurir berjaket oranye.
Lisa semprot kotak-kotak paketnya dengan desinfektan, lalu meninggalkannya begitu saja di kasur, untuk lanjut menonton Youtube. Baru sekitar 10 menit kemudian dia ambil paketnya.
Dhani yang dari tadi nonton Lisa via webcamnya, jadi semangat nggak jelas nunggu reaksi Lisa.
Kotak pertama yang Lisa buka isinya skincare.
Kotak kedua, isinya sisir kecil. Dhani memotret Lisa beberapa kali saat sedang nyobain sisirnya. Emang cantik banget bidadari satu ini.
Kotak ketiga akhirnya Lisa buka. Ekspresinya kaget. Dia nggak nyangka ngeliat barang itu. Lisa nggak ngeluarin barangnya, tapi langsung bawa kotaknya menuju komputer.
Tebakan Dhani adalah… Lisa mau cek histori belanjaannya. Takutnya ini paket nyasar, paket salah kirim, atau gimana.
Sorry banget sayang…. Gue beli barang ini pakai akun lo. Bayarnya emang pakai virtual account gue, tapi secara histori transaksi, vibrator ini dibeli sama lo hahaha… Dhani tertawa dalam hati.
Dhani tersenyum penuh kemenangan melihat Lisa kebingungan. Gadis cantik ini benar-benar gagal paham. Barang ini memang ada di keranjang belanjanya, tapi dia nggak inget sama sekali kapan belinya.
Duh, ini pasti nggak sengaja ikut ke-checkout deh… pikir Lisa. Kebetulan minggu lalu memang ada flash sale di tanggal gajian. Dan Lisa membeli banyak barang di hari itu.
Pelan-pelan Lisa keluarkan vibrator itu dari dusnya. Dia nyalakan saklarnya dan gadis cantik itu tertawa geli merasakan getaran lembut di tangannya. Dia main-mainkan vibrator itu di tangannya selama beberapa saat, sambil mengetes 3 level getaran yang disediakan.
Lagi-lagi dia tertawa geli. Jika dibandingkan dengan getaran HP-nya, vibrator ini bergetar lebih halus. Getar tapi lembut. Ah, entah bagaimana cara mendiskripsikannya, Lisa tidak punya pengalaman soal benda bergetar. Yang jelas saat dia tempelkan di pipi, vibrator itu tidak sampai terasa menamparnya. Lain cerita ketika dia tempel di bibir, getarannya jauh lebih terasa. Mungkin karena lebih banyak saraf atau sensor indera perasa di bibirnya? Nggak tau juga. Lagi-lagi, Lisa minim pengalaman soal ini.
Hmmm… jika getaran di bibir lebih terasa ketimbang di pipi, apakah getarannya juga akan lebih terasa jika di tempel ke vaginanya?
Ah.. membayangkannya saja sudah membuat Lisa sedikit basah.
Dan bukan cuma Lisa doang yang basah. Dhani yang menyaksikan itu semua lewat webcam komputer Lisa pun ikut basah. Cairan precum-nya sedikit keluar. Dhani bisa merasakannya karena saat ini dia menonton Lisa sambil memainkan kontolnya tanpa celana. Cowok madesu ini sungguh berharap Lisa akan memainkan vibrator itu di vaginanya sekarang juga.
Tapi pertunjukan itu hanya berakhir sampai di sana. Lisa mematikan vibratornya lalu lanjut meng-unboxing paket belanjaannya.
Dhani kecewa, tapi masih bersabar. Yang penting, Lisa tidak curiga darimana asalnya vibrator itu.
Urusan kapan vibrator itu akan dipakai di area yang semestinya… Dhani yakin itu semua hanya tunggu waktu.
Waktu yang Dhani nanti-nantikan akhirnya tiba. Tak perlu tunggu lama, malam harinya Lisa akhirnya kalah oleh rasa penasarannya.
Semua berawal dari notifikasi dari aplikasi webtoon favoritnya. Manhwa (komik Korea) yang rutin Lisa baca memang selalu merilis chapter baru di hari Minggu malam. Dan ketika informasi chapter terbaru sudah tayang, Lisa langsung menyerbu komputernya untuk membaca komik favoritnya itu dari layar yang lebih besar dari HP-nya.
Dhani pun tidak kalah semangatnya dengan Lisa. Dia langsung siap merekam semuanya begitu melihat Lisa tiba-tiba mendatangi komputernya dan kembali mengakses webtoon vulgar yang biasa dia baca.
Lisa mulai membaca chapter terbaru itu, sebuah chapter yang berisi adegan seorang gadis muda yang disiksa oleh konglomerat tua. Kedua tangan dan kakinya diikat diranjang, sementara vibrator seperti yang Lisa punya, dilakban di pentil dan vaginanya.
Klik. Dhani langsung merekam momen ini.
Momen dimana Lisa tanpa sadar meremas toketnya sendiri. Lalu tangannya turun membuka laci meja. Dia nyalakan benda kecil itu, lalu ditempelkannya di ujung pentilnya yang masih tertutup baju.
Sengatan kecil mulai menerjang tubuhnya. Tubuhnya mulai dilanda birahi, terdengar dari desahan kecil yang terselip keluar dari sela-sela bibir manisnya. Dan terlihat juga dari puting kirinya yang mulai mengeras, hingga tercetak jelas di kaosnya.
Tangan kanan Lisa meraih mousenya, lalu meng-scroll beberapa halaman komik yang dia baca, lalu berhenti di adegan pria tua yang memainkan vibrator itu di vagina sang gadis muda.
Tangan Lisa melepaskan genggaman mousenya, lalu meraih vibrator dan mengarahkannya ke bawah. Keluar dari tangkapan webcam yang dilihat Dhani.
Meski tak ada kontak visual, tapi Dhani sangat paham kalau vibrator itu sudah mendarat di tempatnya. Lisa tersentak kaget, bahkan sampai menjerit kecil. Dia tidak menyangka benda sekecil itu punya efek sedahsyat itu.
Dia tempelkan lagi pelan-pelan dan… matanya langsung terpejam. Bukan seperti orang tidur, tapi lebih seperti orang yang menutup matanya untuk menahan sebuah rasa yang melanda sekujur tubuhnya.
Tadinya satu tangannya masih bisa meremas toketnya. Tapi lama-lama tangan itu dia gunakan untuk menutup erangan-erangan dari mulutnya.
Lisa tidak punya pengalaman apa-apa soal seks. Tapi ketika vibrator itu menyentuh area kewanitaannya, seluruh anggota tubuhnya seolah berkoordinasi untuk menghadirkan pengalaman masturbasi terbaik. Bukan cuma pahanya yang terbuka semakin lebar dan tangannya yang bergerak mencari titik sensitif, tulang punggung Lisa pun mulai melengkung untuk menyesuaikan posisi duduknya.
Kepala Lisa menengadah ke belakang. Terhentak dari sandaran kursi. Ini sensasi baru baginya. Sebuah rasa meletup-letup yang membawanya terbang melayang.
Dhani menonton seluruh adegan itu sambil coli. Dia nggak nyangka bisa melihat bidadari kantornya colmek pakai vibrator sampai keenakan. Saking enaknya, belum sampai 5 menit Lisa bermain, tubuhnya sudah tersentak orgasmenya.
Dhani sendiri belum ngecrot. Tapi dia sudah cukup puas dengan adegan yang berhasil dia rekam barusan. Apalagi setelah mematikan vibratornya, Lisa dengan gemas menyentil benda kecil itu seolah sedang menghukum anak nakal.
Padahal yang nakal kan kamu sendiri, Lisa. Begitu pikir sang gadis cantik.
Lisa tersenyum menertawai dirinya sendiri. Lalu mengecup mesra vibrator itu. Sebuah tanda sayang sang gadis terhadap mainan barunya.
Tidak butuh waktu lama bagi Lisa untuk kecanduan benda nakal itu. Selama beberapa hari berikutnya, dia selalu membahagiakan diri dengan mainan barunya di malam hari.
Entah sudah berapa giga video rekaman colmek Lisa yang Dhani simpan di harddisk komputernya. Sebagian ada yang jelas menampilkan muka Lisa, sebagian lagi cukup buram karena Lisa colmek di kasur (jauh dari komputer) dan di cahaya remang.
Di tahap ini, Dhani sudah tidak respect sama Lisa lagi. Dia sudah nggak pernah liat Lisa sholat atau yoga lagi. Tapi kalo mainan vibrator, konsisten terus tiap hari.
Emang dasar lonte! Gara-gara pandemi jadi jablay kan, lu??? Celetuk Dhani.
Dia merasa saat ini adalah waktu yang tepat buat ngerjain Lisa ke tahap berikutnya.
Dhani membeli smartphone dan nomor HP baru untuk menghubungi Lisa secara anonim.
Dhani tahu dia tahu nggak mungkin mengancam Lisa menggunakan foto/video yang diambil dari webcam-nya. Lisa pasti sadar siapa orangnya, atau setidaknya matiin komputernya untuk jaga-jaga. Tentu Dhani nggak mau kehilangan akses ke tambang emasnya.
Mungkin istilah yang lebih tepat itu bukan mengancam, tapi memancing.
Jadi suatu hari, ketika Lisa abis colmek dengan nikmat siang-siang, Dhani kirim whatsapp ke nomor Lisa:
“Enak banget, ya mbak?”
Lisa yang baru selesai membersihkan diri di kamar mandi, kaget ngeliat whatsapp itu. Butuh waktu sekitar 10 menit buat Lisa memberanikan diri membalas:
“Maksudnya? Ini siapa ya?”
Dhani pun dengan entengnya membalas:
“Ga usah pura2. Saya tau mbak abis colmek. Kedengeran sampe luar suaranya.”
Dan setelah membaca whatsapp itu, nomor Dhani pun diblok oleh Lisa. Tapi Dhani tidak panik. Dia sudah menduga Lisa akan melakukan hal tersebut.
Beberapa hari berikutnya, Lisa nggak berani mainan vibrator lagi. Meski masih punya beberapa nomor HP baru, tapi Dhani bersabar dan nggak ngirim whatsapp lagi. Karena Dhani tahu, pada akhirnya Lisa akan colmek lagi. Dhani yakin, Lisa sudah kecanduan.
Dan bener saja, tidak sampai seminggu kemudian Lisa colmek lagi. Kali ini dia colmek lewat tengah malam. Awalnya dia baca webtoon chapter terbaru yang berisi adegan mahasiswi cantik diperkosa supir keluarganya. Mungkin karena tidak tahan, dia akhirnya ambil vibrator dari laci lalu colmek lagi.
Sekarang jam setengah 2 malam dan mungkin Lisa pikir situasinya sudah aman. Dia colmek dengan liar di atas kasurnya, menuntaskan hasrat yang terpendam berhari-hari lamanya.
Dhani kaget bisa mendapatkan pemandangan luar biasa ini. Lisa rebahan mengangkang ke arah kamera, membuat cowok madesu ini bisa merekam tangan Lisa bermain dengan vibrator dari balik celana dalamnya.
Sumpah, orgasme Lisa kayak enak banget kelihatannya. Dia sampai ngangkang dan berjinjit. Pantatnya terangkat tinggi sebelum akhirnya terhempas kembali ke kasur.
Dhani biarkan Lisa lanjut bermain sepuasnya. Tentu Dhani merekam itu semua. Tapi kali ini Dhani tidak sambil coli, tapi sambil bikin draft whatsapp buat dikirim ke Lisa.
Setelah Lisa selesai memuaskan diri, Dhani kirim pesan ini:
“Sumpah desahan kamu seksi banget”
“Percuma kamu ngeblok aku”
“Aku nggak maksud jahat, aku cuma menawarkan diri buat jadi sex buddy kamu”
“Kita nggak perlu ketemu”
“Tapi kita bisa komunikasi via chat atau voice note”
“Aku cuma mau bantu kamu wujudin fantasi kamu”
“Imbalannya, kamu bantuin aku wujudin fantasi aku”
Dhani tahu Lisa ragu-ragu. Status whatssapp-nya bolak-balik berubah terus dari sedang mengetik… jadi online. Akhirnya dia balas begini:
“Kamu siapa? Tau nomor aku darimana?”
Dhani tersenyum dan balas mengetik
“Maaf kalau aku lancang…”
“Aku driver ojol yang pernah nganter paket belanjaan kamu”
“Aku tau nomor HP kamu dari paket kamu”
“Tadi aku abis nganterin makanan ke tetangga kosan kamu”
“Pas lewat depan kamar kamu. Aku denger desahan kamu”
Dhani rasa jawaban tersebut cukup aman buat bikin Lisa nggak curiga sama sekali sama webcam di komputernya. Apalagi sama orang IT kantornya hehehe..
Dan Lisa tidak membalas. Dia memilih untuk tidur dan mengabaikan whatsapp Dhani. Tapi setidaknya di momen itu Dhani tahu, Lisa nggak ngeblok nomor HP-nya yang ini. Sebab ucapan ‘selamat tidur. Semoga mimpi indah’ yang Dhani kirim setelahnya, masih berubah statusnya jadi dua centang biru.
Centang biru hanyalah centang biru.
Meski Dhani tahu nomornya tidak diblok oleh Lisa, tapi gadis cantik itu tidak membalas satupun chat dari Dhani.
Tapi selalu dua centang biru. Artinya Lisa membaca semua pesan yang dikirim Dhani. Makanya Dhani masih tetap semangat untuk ‘menjaga silaturahmi’ dengan Lisa, melalui ucapan-ucapan mesra yang dikirim seorang cowok kepada kekasihnya.
“Selamat pagi sayang.. Semangat ya kerjanya..”
“Jangan lupa makan siang sayang..”
“Selamat tidur. Semoga mimpi indah ya sayang..”
Dan sebagainya.
Selama satu minggu lebih hubungan mereka stagnan. Dan Lisa pun tidak pernah bermain dengan vibratornya lagi.
Chat tidak dibalas. Di webcam juga tidak ada asupan baru. Dhani akhirnya mulai gerah juga. Tapi dia tidak berani untuk berbuat lebih karena takut ketahuan.
Jika sebelumnya Dhani berdoa, kini batinnya kembali memohon:
Gue nggak peduli gimana caranya.. Please bikin Lisa jadi sangean lagi…
Dan tampaknya… kali ini setan yang mendengar permintaanya.
Pada hari minggu malam berikutnya, Lisa membaca webtoon terbarunya. Kebetulan, kali ini ceritanya adalah tentang seorang karyawati yang bercinta dengan kurir pengantar makanan.
Awalnya Dhani agak pesimis melihat Lisa membaca komik itu tanpa mempersiapkan vibratornya. Ah, paling abis ini dia langsung tidur lagi.. Pikir Dhani.
Tapi rupanya Lisa mengakses Whatsapp web dan membalas chat yang pernah Dhani kirim.
“Memang, kamu punya fantasi apa?” tanya Lisa.
“Wah.. akhirnya dibales ”
“Hmm… aku punya fantasi bisa ngeseks sama mahasiswi/karyawati gitu..”
“Hah?? Gitu doang? Bukannya itu biasa aja ya?”
“Kalo buat driver ojol kayak aku… cewek kayak kamu itu kelasnya beda banget tahu sama aku.”
“Oya?”
“Ih jangankan bisa ngeseks. Kamu bales chat aku aja rasanya kayak mimpi jadi nyata”
“Serius??”
“Sumpah.”
“Jadi kalau kamu fantasinya apa?”
“Enggak tahu… aku nggak punya fantasi…”
“Masa nggak ada?”
“Beneran..”
“Kamu nggak pernah ngebayangin ngeseks sama bos kamu?”
“Hahaha.. Enggak lah… ketinggian itu mah…”
“Ketinggian gimana maksudnya?”
“Dia kalangan orang super kaya. Aku mah cuma karyawati biasa…”
“Tapi kan di FTV-FTV biasanya gitu ceritanya… bosnya tajir melintir, tapi ujungnya nikah sama karyawatinya…”
“Hahaha… itu mah cuma ada di FTV… ga bakal kejadian di dunia nyata.”
“Lagian bos aku juga pernah cerita ke aku kalo dia sayang banget sama almarhumah istrinya.”
“Jadi nggak akan nikah lagi”
“Oh, istrinya udah meninggal? Covid?”
“Bukan covid. Sakit keras gitu deh..”
“Oh gitu… Terus fantasi kamu apa?”
“Hmm.. nggak tau…”
“Kirain kamu bales chat aku karena mau berfantasi sama aku…”
“Yaudah aku bantuin kamu wujudin fantasi kamu aja…”
“Eh.. tapi enggak adil dong… masa aku doang yang fantasinya terwujud?”
“Gapapa…”
“Nanti kita kalo aku udah tahu fantasi aku apa.. Kamu gantian nurutin aku…”
“Hmm.. terus kita ngapain sekarang? VCS mau?”
“Apa tuch VCS?”
“Video Call Sex”
“Ih, enggak ah. Entar direkam terus kesebar…”
“Nggak bakalan aku rekam lah…”
“Nggak percaya…”
“Hmm.. yaudah… telpon biasa aja, gimana? Phone sex”
“Hmm…. yaudah deh…”
Dhani pun menelepon Lisa. Mulutnya dia tutup dengan sapu tangan agar suaranya sedikit berubah.
“Halo…?”
“Halo? Ini Lisa Anastasya ya?”
“Lengkap amat nyebutnya?”
“Abis aku nggak tau nama panggilan kamu siapa. Aku taunya nama lengkap kamu di paket. Lisa Anastasya.”
“Panggil Lisa aja…”
“Oke… Lisa udah makan..?”
“Udah… eh, kamu namanya siapa?”
“Andra..”
“Suara kamu mirip temen kantor aku deh..”
DHEG
“Oya? Siapa?”
“Dhani namanya…”
“Pasti orangnya ganteng deh..”
“Ya.. enggak ganteng juga sih… tapi ya… boleh lah…”
DHEG
“Boleh apa nih?”
“Maksudnya dia orangnya baik…”
“Hmm.. kamu naksir dia ya…?”
“Dih! Enggak! Hahaha… Lagian dia kayaknya udah punya pacar…”
“Kok tahu dia udah punya pacar? Pernah dikenalin?”
“Enggak.. Aku liat Instagramnya…”
“Kamu stalking dia?”
“Yaa… gitu deh…”
“Kalo kepo berarti naksir tau…”
“Ah.. enggak juga ah… cuma pengen tau aja… ternyata oh udah punya pacar.. Gitu…”
“Kalo ternyata dia nggak punya pacar?”
“Yaa.. nggak kenapa-kenapa juga…”
“Kamu mau nggak kalo dia PDKT sama kamu?”
“Hmm.. nggak tahu sih… Kan belum tentu cocok juga…”
“Hmm.. tapi fungsinya PDKT itu.. Ya itu nggak sih? Biar tau cocok apa enggak sebelum lanjut pacaran?”
“Iyyyaa.. Sihhh… hahaha…”
“Berarti mau nih sama Dhani?”
“Ih kok jadi ngomongin dia sih? Katanya kamu mau berfantasi?”
“Justru…”
“Justru apa?”
“Justru itu…”
“Apa sih nggak jelas deh..”
“Hahaha.. Sorry. Maksud aku… aku mau ngajak kamu fantasiin aku sebagai Dhani. Temen kantor kamu.”
“Hah? Kenapa jadi fantasiin Dhani? Kan kamu mau fantasiin tukang ojek sama karyawati?”
“Iya… Jadi… misalnya nih… Aku tukang ojek, tapi aslinya aku temen kantor kamu yang kena PHK. Aku terpaksa ngojek… kebetulan pas ngojek, dapet orderan dari kamu…”
“Ih, FTV banget.”
“Ya mon maap aku tontonannya FTV doang. Nggak pernah ke bioskop.”
“Hahahaha… sorry-sorry. Aku nggak maksud ngeledek. Tapi kenapa harus fantasiin Dhani sih?”
“Hmm… Biar seru aja. Namanya juga fantasi? Ya nggak?
“Iyya sih… Hmm.. yaudah deh gapapa…”
“Beneran?”
“Ih kok gitu? Giliran aku udah mau malah ditanya gitu?”
“Yaa.. aku nggak mau kamu terpaksa… Soalnya nanti kamu jadi nggak menghayati fantasinya…”
“Ahahahh… hmm.. Nggak apa-apa kok. Aku nggak terpaksa…”
“Beneran nih ya? Fantasiin Dhani nih ya?”
“Iyaaaa…”
“Okee… kalo gitu kita mulai ya… Aku cerita lagi jalan nih naik motor.. Brrrmmm… terus masuk orderan. TING! Wah, deket kantor lama gue nih…”
“Hihihih… geli deh…”
“Eh serius dong…”
“Sorry-sorry aku nggak pernah kayak gini soalnya…”
“Eh? Kamu nggak pernah phone sex?”
“Enggak pernah…”
“Sex nggak pake phone?”
“Gimana tuh maksudnya?”
“Yaa… ngesex aja. ML. Ngewe.”
“Hmmm.. belum juga..”
“Beneran?”
“Serius.. Pacaran juga belum pernah…”
“Bohong banget..”
“Sumpah…”
“Masa cewek secantik kamu nggak pernah pacaran?”
“Tau darimana aku cantik?”
“Enggg…. Yaa.. nggak mungkin cewek namanya Lisa Anastasya jelek. Pasti cantik lah… dari suaranya aja aku yakin kamu cantik.”
“Ih, gombal! Padahal kamu pernah liat aku di kosan, kan? Makanya tau muka aku kayak gimana?”
“Hahaha.. Iya sih sebenernya kayak gitu…”
“Huu… dasar cowok.. Buaya semua…”
“Aku nggak buaya…”
“Tapi?”
“Tapi gigit..”
“Hihihi… apa sih.. Nggak jelas…”
“Lanjut lagi ya…”
“Iyaa…”
“Brrmm…. Ckiit… Atas nama Mbak Lisa???”
“Iya mas…”
“Eh.. Lisa??”
“Eh.. ini ceritanya aku lansgung ngenalin kamu ya?”
“Iya.. kita kayak sama-sama sadar loh ini kan dulu temen kantor gue nih.. Gitu”
“Okeh… eh.. Mas Andra?”
“Dhani… bukan Andra. tolong ya Anda jangan coba-coba ngacak-ngacak fantasi Anda sendiri..”
“Eh, iya mas Dhani hahaha… Loh.. Mas Dhani? Sekarang ngojek mas?”
“Yaa.. gitu lah Lis… daripada nganggur iya kan? Kamu mau kemana Lis? Ke kosan kamu?”
“Iya mas.. Mau pulang ke kosan…”
“Yuk. Naik.. pakai helmnya ya..”
“Iya…”
“Oke trus kita jalan.. Di perjalanan, ceritanya kamu peluk aku nggak?”
“Engg… iya. Soalnya motor kamu motor cowok gitu. Bukan matic.”
“Oke.. kalo gitu ceritanya aku ngerasain kamu meluk aku agak kenceng ya… Kamu takut jatoh apa kangen sama aku? Kok kenceng banget meluknya?”
“Hmm.. Dua-duanya mas…”
“Oya? Kamu beneran kangen aku?”
“Habisnya… kamu PDKT-in aku terus tiba-tiba ngilang.. Bete tau di-ghosting..”
“Yahh.. mau gimana lagi… namanya juga kena PHK, Lis…”
“Ya tapi kan nggak mesti langsung ilang gitu aja dong… kan bisa ngabarin aku….”
“Habisnya aku malu Lis…”
“Malu kenapa?”
“Kamu jabatannya udah tinggi… aku cuma ngojek… malu lah…”
“Kenapa mesti malu? Kan yang penting halal…”
“Iya sih… tapi kalo cuma ngojek… aku nggak punya modal buat nikahin kamu…”
“Kalo beneran mau nikahin aku… pakai tabungan aku aja mas…”
“Hah? Yang bener?”
“Benerrr…”
“Kamu nggak bohong kan, Lis?”
“Sumpah mas… aku mesti gimana sih biar mas percaya sama aku?”
“Hmm… ada sih biar aku percaya. Tapi kamu jangan marah ya…”
“Kok gitu?”
“Janji dulu jangan marah?!”
“Iya. Aku janji nggak akan marah..”
“Buat buktiin omongan kamu… Gimana kalo malam ini aku nginep di kosan kamu?”
“Ih, ngapain?”
“Mas mau tanem saham di rahim kamu…”
“Ih, mas Dhani mesum…”
“Tapi kamu mau kan dimesumin sama mas Dhani?”
“Mauu…”
“Oke ceritanya kita udah sampe di kosan kamu ya… Kamu mau mandi dulu apa langsung aja?”
“Langsung aja lah..”
“Udah sange ya Lis? Hahaha”
“Anjir lah.. Ga usah diomongin juga kaleeee…”
“Begitu kita masuk kosan. Aku langsung kunci pintu dan ciumin bibir kamu.”
“Hnngg.. Aku bales ciuman kamu..”
“Aku peluk kamu, tanganku remes-remes pantat kamu. Kita masih terus ciuman.”
“Ahh.. aku mendesah.. Aku minta kamu terusin jamah tubuh aku…”
“Tangan aku naik.. Terus mulai ngeremes-remes susu kamu…”
“Aku mendesah makin kenceng… terus tangan aku mulai ngelepas ikat pinggang kamu”
“Aku bantuin kamu lepas ikat pinggang sama celana aku. Terus nyuruh kamu jongkok di depan selangkangan aku.”
“Aku emut-emut burung kamu yang masih ketutupan celana dalem”
“Aku nggak tahan. Aku lepas kolor. Kontol aku langsung ngaceng di depan mata kamu.”
“Engg… Aku awalnya kaget. Tapi…engg… aku.. Beraniin buat ngocokin burung kamu..”
“Ahh.. aku keenakan dikocokin sama kamu.. Tapi aku langsung nyuruh kamu.. emutin kontol aku dong sayang…”
“Enng… Aku ciumin dulu batangnya… enng terus aku jilatin dari pangkal sampai ujung… terus aku mulai masukin burung kamu ke mulut..”
“Ah.. anget banget mulut kamu sayang…”
“Aku isep… sambil akuuu.. Engg.. kocokin pakai tangan kanan aku…”
“Iyess.. Terus sayang… jangan sampe kena gigi….”
“Engg.. aku isepin terus makin kenceng.. Engg.. burung kamu aku masukin sampe dalem ke tenggorokan aku…”
“Aaahh.. Gila enak banget Lisaa… Aku nggak tahan, akhirnya aku ngecrot di mulut kamu”
“Enngg… aku buka mulut aku.. Biar kamu bisa ngeliat sperma kamu aku tampung di mulut aku…”
“Anjiirr… seksi banget kamu Lisa…. Aku ngecrot banyak banget di mulut kamu, tapi ada sebagian yang kesemprot ke muka kamu..”
“Aku godain kamu.. Aku keluarin lidah aku buat nunjukin sperma kamu.. Terus aku telen… Sperma yang kena muka aku lap pakai jari terus aku emut jarinya sampe bersih.”
“Makasih sayang… enak banget…”
“Gantian… kamu yang puasin aku…”
“Aku telanjangin kamu dengan kasar. Aku buka paksa kemeja kamu sampai kancingnya copot. BH kamu juga aku buka dengan kasar. Rok kamu aku sobek. Celana dalam kamu aku copotin, aku endus-endus, terus aku lempar asal-asalan ke ujung kamar.
“Aku kabur ke kasur karena takut dikasarin…”
“Aku tangkap kamu pas mau kabur. Kita berdua jatuh ke kasur. Hadap-hadapan.”
“Aku telentang pasrah. Tangan aku kamu pegangin. Kaki aku juga kamu ganjel pakai kaki kamu…”
“Kontol aku masih ngaceng maksimal. Sekarang kontol aku mulai nyolek-nyolek memek kamu..”
“Aku mendesah-desah… masukin mass.. Aku nggak tahan…”
“Minta tolong yang sopan dong… bilang… Mas Dhani…”
“Mas Dhani….”
“Tolong masukin kontol Mas Dhani ke memek Lisa…”
“Tolong masukin kontol Mas Dhani ke memek Lisa…”
“Lisa udah enggak tahan mas…”
“Lisa udah enggak tahan mas…”
“Lisa pengen dihamilin sama Mas Dhani…”
“Lisa pengen dihamilin sama Mas Dhani…”
“Kontol aku mulai masuk. Awalnya kepalanya dulu…”
“Aku merem. Agak sakit tapi enak…”
“Ngeliat kamu agak nahan sakit, aku tahan dulu kontol aku…”
“Aku malah nyuruh kamu masukin… masukin aja mas… aku tahan kok…”
“Aku langsung sodok kontolku sampe mentok. Selaput dara kamu langsung robek. Memek kamu juga berasa robek karena kontolku kegedean…”
“OHH… ampun mas… jangan kasar-kasar mas… aku masih perawan…”
“Aku nggak peduli sama permohonan kamu. Aku terus sodok memek kamu kenceng-kenceng.”
“Oohhh… mass… ampun mass…. Ohh.. yesss…”
“Aku sodok terus memek kamu sambil aku emut-emut pentil kamu. Aku remes-remes susu kamu kenceng-kenceng..”
“Ohh… yess… enak masss… tapi jangan kenceng-kenceng mas…. Ooohhh… teruss… mentokin mass….”
“Aku arahin kaki kamu biar meluk pinggang aku. Jadinya pinggul kamu keangkat sedikit, bikin kontol aku bisa nyodok lebih dalem..”
“Ohhh.. yesss… kamu apain aku masss…??? kenapa jadi enak bangettt?? Dalem bangett mas… teruss… terusss… oohhh…”
“Karena kamu makin keenakan… kamu bisa ngerasa kalo kontol aku mulai kedut-kedut kayak mau keluar. Ohh.. enakk bangett memek perawan kamu Liss… aku udah mau ngecrott…”
“Keluarin mass…. Keluarin aja di dalem masss… kecrottin Lisa masss… barengin sama Lisa mas…. Lisa juga mau keluar mass….”
“Mas keluarin di dalem gapapa yaaa? Mas hamilin kamu yaaa?”
“Iya mas… hamilin aja mas… Lisa punya mas Dhani….”
“Kamu bisa ngerasain kalo genjotanku berubah. Dicabutnya agak pelan, tapi disodoknya kenceng-kenceng sampe mentok.”
“Oohhh… masss…. Masss… enaaakk… Lisa nggak tahan… Lisa mau keluar mass…. Aahhh… mass Dhanii….”
“Aku sodok kontolku dalem-dalem, terus aku sembur rahim kamu pake pejuh aku… crottt!! Crottt!!! Crooott!!!”
“Ahh… mas… Andra… aku keluar beneran.. Ohh….”
Di momen itu Dhani bisa mendengar erangan tertahan Lisa yang dia redam dengan bantal. Dhani juga bisa mendengar raungan vibrator yang bergetar di vagina Lisa.
Dhani puas sekali bisa phone sex dengan Lisa. Apalagi mereka orgasme betulan secara barengan. Dhani menatap hasil karyanya, lelehan sperma yang tertumpah di lantai kamar mandinya. Banyak sekali, kental sekali.
Ini coli terenak sepanjang hidup Dhani.
Phone sex fantasy yang terjadi hari itu mengubah pandangan Lisa akan seks. Ternyata seks itu memang lebih enak kalau ada lawan mainnya. Lisa sudah membuktikan sendiri: selama seminggu kedepan Lisa dan Dhani (atau Andra) melakukan phone sex lagi, beberapa kali. Dan Lisa masih tetap ‘main solo’ juga dengan vibratornya. Tapi rasanya beda, emang enakan main berdua.
Meski demikian, setiap Dhani memancing Lisa untuk ketemuan, gadis cantik itu terus menolak.
Lisa bukannya tidak mau eksplorasi lebih jauh. Tapi… dia tidak yakin untuk menyerahkan keperawanannya ke orang yang tidak dia sayang.
Kalau Andra minta? Lo kasih nggak? Lisa bertanya ke dirinya sendiri.
Lisa bengong menatap langit-langit kamarnya.
Kayaknya terlalu jauh kalo gue ngasih keperawanan gue ke orang kayak Andra.
Gue nggak kenal dia itu siapa. Bisa aja dia orang jahat. Atau… sudah punya anak-istri.
Gue nakal, iya. Tapi gue nggak mau jadi pelakor yang ngerusak rumah tangga orang.
Lisa mengubah rebahannya jadi menyamping. Matanya menatap layar komputer yang masih menampilkan webtoon favoritnya, tapi pikiran Lisa tidak ada di sana. Benaknya berkelana terbawa perasaan dan pertanyaan yang berkecamuk di otaknya.
Emang maunya lepas perawan sama siapa?
Lisa harus jujur sama dirinya sendiri. Saat ini rasa ingin tahu Lisa terhadap seks sudah terlalu tinggi. Jika tidak sedang Pandemi, mungkin petualangan seks Lisa sudah seliar webtoon vulgar yang dibacanya tadi. Dan Lisa sangat sadar bahwa… kemungkinan besar dia sudah tidak perawan lagi saat menikah nanti.
Emang maunya lepas perawan sama siapa?
Nah, itu dia. Nafsu seksnya memang menggebu. Tapi sejatinya Lisa ini gadis yang cukup canggung sama cowok. Menurut Lisa… bukannya tidak mungkin jika suatu hari nanti dia akan bercinta dengan tukang ojek, kurir, atau orang-orang random yang tidak Lisa kenal. Tapi untuk lepas perawan… mustahil rasanya hal itu dilakukan sama cowok random.
Minimal… cowok itu harus sudah Lisa kenal sebelumnya.
Mungkin cowok-cowok alumni kampusnya dulu? Atau yaa… teman-teman kantornya saat ini?
Cowok di kantor yang belum nikah siapa aja ya?
Mas Dimas setahuku jomblo,
Mas Dhani… udah punya pacar…
Pak Andrew? Duda itu masuk hitungan nggak sih?
Lisa mulai mengabsen.
Oh, di team produksi banyak cowoknya sih…
pada sering nongkrong sama Mas Dimas sama Mas Dhani, tuh.
Ada yang mukanya lumayan nggak ya..?
EH. KENAPA GUE JADI JABLAY SIH NJIRRR
Mendadak Lisa merasa malu sendiri dengan pikirannya tadi. Tangan Lisa langsung meraih HP-nya yang tergeletak di atas bantal untuk membuka aplikasi Instagram. Gadis ini berharap sosial media bisa men-distract otaknya dari pikiran-pikiran kotor.
Ketika aplikasi Instagram terbuka, profile picture yang muncul paling kiri di deretan Instastory adalah foto Dhani.
Kenapa harus dia yang nongol pertama, sih? Lisa membatin; gadis gaptek ini tidak paham bahwa algoritma Instagram memang memprioritaskan akun yang baru kita follow untuk muncul di deretan awal.
Hati memang membatin. Tapi jempol Lisa pada akhirnya meng-klik Instastory Dhani juga. Teman kantornya itu hanya posting dua story. Satu share lagu Hindia. Story yang satunya lagi adalah video singkat Dhani bermain dengan kucingnya.
Kalau Dhani yang minta? Lo kasih nggak? Lisa tiba-tiba panik sendiri.
Phone sex yang Lisa lakukan pertama kali adalah bersama karakter bernama Dhani. Dan sejak itu sosok Dhani jadi sering terlintas di pikirannya.
Katanya nggak mau jadi pelakor?
Mas Dhani kan udah punya pacar, Lis?
Lisa stres sendiri dengan pergolakan batinnya.
Emang siapa juga yang mau sama Dhani, anjir????
Lisa berusaha denial.
Jadi maunya lepas perawan sama siapa?
Andra? Dhani? Dimas? Andrew? Siapa?
Lisa bangkit dari kasurnya lalu beranjak ke komputernya untuk membuka Youtube.
Namun sang Iblis memainkan triknya dengan lihai.
Layar komputer Lisa masih menampilkan webtoon vulgar favoritnya. Dan entah bagaimana ceritanya mata Lisa seperti tertarik magnet untuk membaca komen-komen dari sesama pembaca. Dan Lisa menemukan sebuah opini yang sangat menarik.
Salah seorang pembaca berkomentar: di satu sisi pengen banget bisa hidup seliar komik ini, tapi di sisi lain masih pengen ngasih keperawanan buat orang yang disayang.
Lisa sungguh sangat relate dengan komentar itu. Ini dia banget. Ternyata banyak banget perempuan yang merasakan dilema yang sama. Buktinya komentar itu di-like oleh ratusan pembaca lainnya.
Namun yang menariknya adalah…. Seorang pembaca lainnya membalas komentar itu dengan pernyataan… sobek sendiri aja selaput dara kamu. Bukannya orang yang paling kamu sayangi di dunia ini adalah diri kamu sendiri? Kamu lah orang yang paling berhak merenggut kegadisanmu.
Kamu lah orang yang paling berhak merenggut kegadisanmu.
Kamu lah orang yang paling berhak merenggut kegadisanmu.
Kamu lah orang yang paling berhak merenggut kegadisanmu.
Kalimat itu terus-menerus terngiang di benak Lisa.
Yang awalnya hanya sekedar ucapan, kini berubah menjadi keberanian.
Lisa yang tadinya masturbasi dengan cara memainkan vibrator di sekitar clitorisnya saja, kini mulai berani memasukan jari telunjuk dan tengahnya ke dalam vaginanya.
Disodok memang lebih nikmat ketimbang dicolek.
Lagi-lagi, sebuah ucapan yang berubah menjadi keberanian.
Semakin hari permainan jari Lisa semakin dalam. Hingga pada akhirnya, di suatu malam ketika dia selesai berfantasi kembali bersama Andra (alias Dhani), Lisa terpana melihat darah di kedua jarinya.
Selamanya dia akan mengingat momen ini. Tanggal ini otomatis tercatat di hati dan pikirannya. Tanggal di mana kegadisannya direnggut, oleh tangannya sendiri.
“Lisa? Udah tidur belum?” tanya mas Andra (alias Dhani) via whatsapp.
“Belum Mas Andra. Lagi bersih-bersih..” jawab Lisa.
“Oh.. kirain ketiduran hehehe… ”
“Habis tadi kedengerannya orgasme kamu kayak enak banget tadi”
“Emang enak sih mas… ”
“Jujur… yang barusan enak banget…”
“lebih enak dari biasanya”
“Kok bisa?”
“Kamu tadi pakai vibrator?”
“Awalnya doang…”
“tapi belakangan enakan pakai jari mas”
“hihihi..”
“Enakan pakai yang asli tau”
“Apa tuh yang asli?”
“Ya kontol aku lah!”
“Ih dari kemarin ngekodein mulu”
“Emang kamu nggak penasaran nyobain main sama kontol beneran?”
“Hmm Penasaran sih”
“Yaudah. Yuk ketemuan”
“Hmmmm yaudah deh. Mau kapan?”
Setiap hari, Andra (alias Dhani) membujuk Lisa untuk ketemuan agar mereka bisa bercinta betulan. Tapi ketika Lisa meng-iya-kan, justru Dhani yang panik kebingungan.
Jangan-jangan… Lisa bakalan marah kalau tahu Andra adalah Dhani?
Minimal… Lisa akan malu nggak sih kalau sadar bahwa selama ini dia phone sex sama temen kantornya sendiri?
Dijauhi oleh Lisa. Selamanya.
Jujurly, saat ini cuma itu yang Dhani takutkan.
“Mas? Mas Andra?”
“Iya Lis.. maaf lagi ngepel lantai”
“Ih, banyak ya? Belepotan?”
“Iya hehehe gara2 kamu nih”
“Dih nyalahin aku!”
“Jadi kapan mau ketemuan? Besok?”
“Wah cepet-cepet banget?”
“Nggak sabar ya ketemu kontol mas Andra?”
“Kalo mas Andra nggak mau gapapa sih. Nggak jadi aja”
“Eh jangan!”
“Jadi kok jadi!”
“Besok bisa”
“Hmm.. Tapi kok mas Andra kayak nggak semangat gitu jawabnya?”
“Hah?? Semangat lah… cuma Aku lagi mikir…”
“Mikirin apa?”
“Mikirin skenarionya hehehe”
“Hah?? Masih mau berfantasi lagi?”
“Yaa. nggak tau. Kamu mau berfantasi nggak?”
“Aku ngikut aja sih.”
“Aku belum pernah soalnya”
“Kamu belum pernah ngeseks, Lis?”
“Kamu masih perawan?”
“Udah enggak virgin sih…”
“Oohh… kirain kamu mau ngasih perawan kamu buat aku”
“Hmmm anggap aja gitu”
“Eh? Gimana maksudnya?”
“Ohh Maksud kamu… kamu udah lama nggak ngeseks yaa?”
“Jadi memek kamu rapet lagi kayak perawan?”
“Yyaa…gitu deh.”
“Ah nggak tau lah.. Mas”
“Aku malu…”
“Yaudah besok kita ketemuan dimana?”
“Aku ke kosan kamu aja ya?”
“Yaudah di sini aja”
“Kamu mau main lembut apa dikasarin?”
“Hah??”
“Kenapa emangnya?”
“Selama kita phone sex kan aku selalu agak kasar ya fantasinya.”
“Tapi kalo kita ketemuan langsung aku takut kamu nggak nyaman kalo dikasarin”
“Ohh… Nggak tahu juga sih… ”
“aku ngikut kamu aja mas”
“Kita lihat nanti lah ya… ”
“kalo emang enaknya dikasarin gapapa ya?”
“Iyaa.. asal enak yaa…
“hihihi”
“Oke berarti kita coba main kasar kayak biasanya…”
“tapi kalo enggak enak, kita main alus aja”
“Boleh…”
“Kalo awalnya main kasar dulu, Boleh aku berfantasi merkosa kamu, nggak?”
“Hmmm.. boleh deh dicoba dulu Hihihihi”
“Nanti aku pakai kupluk ninja yang nutupin muka ya?”
“Biar apa mas?”
“biar kamu nggak tau aku siapa…”
“kan mau merkosa kamu?”
“Oh ceritanya kamu jadi kuli yang sehari-hari ngerenovasi kosan aku ya? Tapi nggak tahan pas liat karyawati cantik kayak aku…”
“gila langsung jalan sendiri fantasinya…”
“Ih apaan sih mas…. ”
“Malu aku”
“Loh ngapain malu? Bagus kok fantasi kamu… seru.. ”
“Kontol aku aja langsung ngaceng lagi”
“Yeee… tahan buat besok!
“awas aja kalo besok nggak ada staminanya”
“Iyaa.. iyaa… Besok yaaa…”
“Iyaa…”
Dan chat itu pun berakhir.
Keesokan harinya, Lisa mendadak bersih-bersih kamar sejak pagi. Dia sendiri tidak mengerti kenapa dia sampai harus ngepel, mengganti sprei, dan mengelap debu-debu halus yang hinggap di barang-barangnya.
Rasanya seperti akan dikunjungi oleh pacar.
Atau memang iya?
Lisa sendiri bingung sama statusnya dengan Mas Andra.
Sex friend? Jelas. Tapi Lisa sendiri punya perasaan lebih dari itu.
Lisa senang memiliki teman yang nyaman untuk diajak sharing berbagai hal.
Mulai dari curhat seputar kerjaan…
Hingga bercerita tentang fantasi seks terliar mereka masing-masing.
Ngomong-ngomong curhat soal kerjaan…
Lisa merasa janggal ketika mas Andra selalu bisa memberi saran bagus setiap Lisa curhat soal kerjaan di kantornya.
Mungkin terkesan diskriminatif, tapi menurut Lisa…
orang yang cuma berprofesi sebagai driver ojol seharusnya otaknya nggak akan nyampe situ sih.
Bahkan kalau Lisa pikir-pikir lagi….
Fantasi buatan mas Andra ini terlalu kreatif. Seperti dibuat oleh orang yang berpendidikan tinggi.
Dan orang seperti itu, tidak mungkin memilih karir sebagai driver ojek.
Sudah lama Lisa menaruh rasa curiga bahwa mas Andra ini berbohong soal profesinya; atau bahkan tentang identitas aslinya?
Bisa jadi…. dia adalah tetangga kosannya?
Bisa jadi…. dia adalah teman kantornya?
Kalau ternyata Mas Andra ini aslinya adalah orang yang gue kenal.. gimana ya?
Lisa memejamkan mata untuk membayangkan beberapa rekan kerjanya.
Beberapa nama dan wajah muncul di kepalanya.
Dan tidak satu pun dari mereka yang membuat hati Lisa mengajukan penolakan.
Justru bagus nggak sih kalau Mas Andra ini aslinya adalah teman kantor gue?
Mas Andrew. Mas Dimas. Mas Dhani hehe…
Mereka semua orang baik. Punya karir yang jelas.
Pikiran ini membuat jantung Lisa berdebar karena excited.
Kalo.. pertemuan ini pada akhirnya malah menjadi awal dari hubungan yang lebih serius? Gimana?
Jujur… hati Lisa tidak keberatan.
Bahkan jika fisik mas Andra ternyata menjadi kekurangannya, Lisa tetap tidak keberatan.
Mungkin ini efek fantasi seks yang mas Andra bawa setiap mereka phone sex.
Di tiap fantasi mereka, mas Andra selalu kreatif sekali setiap membuat karakter pria. Ada yang kakek buta lah, pernah juga preman pasar lah; bahkan terakhir kali mereka melakukan phone sex, Lisa berfantasi disetubuhi oleh penjaga kosannya sendiri.
Sosok yang Lisa bayangkan jelas penjaga kosannya saat ini. Sosok yang kurus, giginya tidak rapih, dan ngomongnya gagap. Tapi justru malah sosok itu yang ‘berhasil merenggut keperawanan Lisa’ semalam. Dan Lisa orgasme deras sekali; ketika berfantasi disetubuhi oleh penjaga kosannya yang jelek itu.
Intinya… Lisa tahu resikonya.
Meski Mas Andra berjanji akan main aman demi menghormati Lisa.
Tapi justru Lisa sendiri yang takut terbawa suasana dan membuat mereka kebablasan.
Yaa… lihat nanti lah ya.. Pikir Lisa. Kalau nggak jelek-jelek banget masih boleh lah…
Tanpa terasa, sudah dua jam Lisa bersih-bersih. Kini setiap sudut kamarnya kinclong dan wangi. Sekarang giliran dia membersihkan dan memperwangi diri.
Setelah mandi dan mencukur bulu di ketiak dan kemaluannya, Lisa menggosok giginya. Pada saat itulah Lisa menatap dirinya sendiri dan bertanya: lo yakin, Lis?
Tapi ketukan di pintu kosannya langsung men-trigger kebangkitan sisi liarnya. Fantasi akan kehadiran sosok pria bertopeng ninja yang menyergap dirinya yang hanya berbalut handuk, langsung menghadirkan desir-desir kecil di selangkangannya.
Lisa nekat membuka pintu hanya berbalutkan handuk. Dan benar saja, sosok yang yang berdiri di hadapannya adalah seorang pria dengan wajah ditutupi topeng kupluk ala ninja.
Selama beberapa detik.. Mereka saling bertatapan.
Lisa langsung tahu sosok di balik topeng itu adalah rekan kantornya.
Dalam hati kecilnya, Lisa bersyukur bahwa sosok asli ‘mas Andra’ adalah orang ini.
Bukan driver ojol beneran seperti yang dia ceritakan selama ini.
“Baru mau aku tanya mas Andra dateng jam berapa, eh udah samp..hhmppff..” Lisa yang hendak menyambut tamunya dengan sopan tentu kaget ketika mulutnya langsung dibungkam dengan ciuman.
Pria bertopeng itu memaksa masuk ke dalam kamar Lisa, lalu mengunci pintunya dari dalam. Setelah pintu kamar berhasil diamankan, sang pria bertopeng langsung mencium bibir Lisa lagi.
Gadis itu menyambut ciuman tersebut. Bahkan Lisa tampak sangat menikmati ciuman pertamanya ini. Meski sedikit brutal, tapi permainan bibir dan lidah sang pria bertopeng cukup bisa membuat Lisa mabuk kepayang.
Ketika sang pria bertopeng melepaskan ciumannya, Lisa tanpa sadar langsung menjalani perannya.
“Loh? Mas kuli yang lagi ngerenov kosan ini, kan? Mau mau apa? Ambil semua harta saya mas… ini kartu ATM saya, ambil henpon saya… asal jangan apa-apain saya mas… saya masih perawan…” ujar Lisa berakting.
“Diam kamu!” bentak pria bertopeng sambil tersenyum. “Kalau kamu mau selamat, turuti perintah saya!”
Lisa sebetulnya agak geli mendengar kalimat baku yang keluar dari mulut seorang yang (harusnya) berasal dari kalangan rendahan. Tapi dia tidak tertawa, dia hanya menggelengkan kepala pura-pura ketakutan.
“Ampun mas! Ampun! Iya, saya akan turutin semua perintah mas! Yang penting jangan sakiti saya…” Lisa memelas. Dia berlutut dan memohon kepada pria bertopeng di hadapannya.
Pria tersebut memandang Lisa dari atas. Dari angle ini, dia bisa melihat belahan dada Lisa yang menggoda sekali. Tapi itu bisa dia nikmati nanti. Saat ini, dia harus menikmati bibir manis Lisa sepuasnya. Dia tadi sudah menikmati ciumannya; sekarang saatnya menikmati kulumannya.
“Buka celana saya!” perintah si pria bertopeng.
Lisa paham apa yang diinginkan pria ini. Dia longgarkan ikat pinggangnya, kemudian dia lepaskan kaitan kancing celananya, lalu dia turunkan resleting celananya. Dan ketika celana sang pria bertopeng turun ditarik gravitasi, Lisa mulai terbawa pikirannya sendiri.
Akhirnya gue sampai di titik ini juga. Gue yang nggak pernah punya pacar karena malu setiap dideketin cowok. Gue yang memenuhi kebutuhan romantis dengan mengonsumsi webtoon vulgar. Gue yang dengan tololnya beli vibrator tanpa sadar. Gue yang akhirnya kecanduan masturbasi. Gue yang akhirnya jadi sex buddy temen kantor gue sendiri.
Di titik ini, gue harus milih. Lanjut, lalu ngeseks. Atau stop, dan balik ke masa lalu lagi. Masa-masa dimana gue cuma bisa mengandalkan diri sendiri, bahkan untuk urusan seks.
“Kok malah bengong? Kenapa? Kaget ya liat kontol gede gua?” bentakan sang pria bertopeng membuyarkan lamunan Lisa.
Iya. Burung di hadapannya ini besar banget. Lisa tidak tahu apakah ini ukuran normal penis orang Indonesia atau bukan. Tapi yang Lisa tahu, penis ini jauh lebih besar dan panjang ketimbang jari tangannya sendiri.
Lisa menggenggam penis itu dengan hati-hati. Bahkan jarinya tidak bisa menggenggam dengan sempurna karena diameter batang penis cukup lebar.
“Kocok yang bener!” perintah si pria bertopeng sambil bertolak pinggang.
“Maaf mas… ini pertama kalinya saya megang burung laki-laki..” ujar Lisa dengan jujur.
“Hahaha… kalo gitu lo perhatiin baik-baik kontol gue!” sahut si pria bertopeng. “Kontol ini yang bakal ngaduk-ngaduk memek lo sebentar lagi!”
Benar juga. Lisa jadi agak takut membayangkan vaginanya disodok dengan penis sebesar ini.
Muat nggak ya? Pikir Lisa.
“Masukin ke mulut lo! Isep!” perintah si pria bertopeng lagi.
Lisa sudah tahu instruksinya, tapi selama ini dia melakukannya cuma dalam fantasi saja. Untuk mempraktekannya dengan penis betulan, Lisa sedikit ragu-ragu. Aromanya aneh. Teksturnya juga aneh kayak berurat gitu.
Lisa membuka mulutnya sambil malu-malu. Awalnya dia coba menjilat batang dan kepala penis itu untuk mengetahui rasanya. Hmm.. sama anehnya. Lisa tidak pernah merasakan makanan seperti ini sebelumnya. Tapi bukan berarti rasanya tidak enak. Lisa merasa seharusnya tidak ada masalah jika sosis berurat ini memenuhi rongga mulutnya.
Lisa buka mulutnya lebih besar lagi dan tiba-tiba…
SLEBBH
Sang pria bertopeng memasukkan penisnya ke mulut Lisa dalam sekali hentak. Rambut Lisa dia jambak dan digunakan sebagai pegangan untuk menjaga agar kepala Lisa tidak kabur saat dia menyetubuhi mulut Lisa dengan kasar.
Ah, benar juga. Kan aku sendiri yang kemarin bilang siap dikasarin, pikir Lisa.
Oleh karena itu Lisa diam saja. Meski ekspresinya menunjukkan ketidaknyamanan, tapi Lisa mencoba bertahan. Pemandangan ini membuat sang pria bertopeng semakin semangat menggenjot mulut manis Lisa yang selama ini dia idam-idamkan.
“Mmmppfff…. Mmmppfff… mmmnngghh…ppffhhtt..” Lisa hanya bisa mengerang tak berdaya ketika mulutnya diperkosa.
Sementara itu sang pemerkosa malah semakin semangat menyiksa korbannya. Dia genjot terus kepala Lisa sekuat tenaga; sampai ketika dia merasa sudah mau orgasme. Dicabutnya penisnya, lalu ditembakkannya sperma kental miliknya ke wajah Lisa.
Lisa pikir dia bisa menampung semua sperma di mulutnya seperti apa yang biasa dia ceritakan di fantasinya. Tapi kenyataan di lapangan sungguh berbeda. Semuanya terjadi begitu cepat. Lisa dalam keadaan tidak siap saat penis itu tercabut dan mulai menyemprotkan cairan putih kental. Akibatnya kini sperma sang pria bertopeng justru ditampung oleh wajah cantiknya, bukan mulutnya.
Lisa masih berusaha menjalankan perannya. Dia telan sperma yang bersarang di mulutnya, tapi rasanya amis dan asin. Lisa pernah baca rasa sperma seperti apa. Tapi merasakan sendiri rasa sperma di lidahnya ternyata sangat aneh. Meski demikian, dia tetap menelannya dengan tuntas.
“Muka kamu belepotan peju!” ledek sang pria bertopeng.
Lisa berusaha mengelap lelehan sperma di sekujur wajahnya menggunakan tangannya. Tapi sang pria bertopeng melarang, “Jangan dilap pakai tangan! Pakai handuk kamu!”
Secara perlahan, Lisa melepaskan ujung handuk yang terselip di payudaranya. Dia gunakan ujung handuknya itu untuk mengelap sperma di wajahnya, seperti yang diperintahkan pria yang tersenyum di hadapannya.
Gerakan Lisa cukup pelan dan anggun. Dia berhati-hati agar handuknya tidak melorot. Karena dengan lepasnya selipan tadi, maka tidak ada yang menahannya handuknya lagi.
Tapi sang pria bertopeng tahu akan ini. Dia langsung menarik lepas handuk mandi Lisa, membuat gadis cantik itu terpaksa menutupi sebagian payudaranya dengan tangannya.
Sang pria bertopeng terpana. Sungguh pemandangan terindah yang pernah dilihatnya. Payudara Lisa tidak cuma bulat dan kenyal, tapi juga mulus. Diajaknya Lisa untuk berdiri.
Ini pertama kalinya tubuh Lisa dipandang oleh lelaki. Tanpa sadar, Lisa membuang muka. Sikap malu-malu Lisa malah membuat sang pria bertopeng semakin gemas. Dia singkirkan pelan-pelan tangan Lisa yang menutupi payudaranya dan membiarkan putingnya yang berwarna coklat muda mengintip dan menggoda dari sela-sela lengan Lisa.
Sang pria bertopeng merendahkan wajahnya. Dia sejajarkan mulutnya dengan puting kiri Lisa… dan hap! Setruman listrik voltase rendah langsung dirasakan Lisa di sekujur tubuhnya. Ketika sang pria bertopeng mengulum putingnya, sensasi yang dirasakan Lisa jauh lebih menggelitik ketimbang vibratornya.
“Aahhngg..” Lisa mengerang untuk pertama kalinya.
Bagaikan bayi yang kehausan, sang pria bertopeng terus menyusu dari bukit kembar Lisa. Tentu yang keluar bukanlah susu, tapi erangan-erangan manja dari mulut Lisa.
Sekujur tubuh Lisa merinding. Bulu kuduknya berdiri. Dia sadar bahwa pria yang sedang merangsangnya bukanlah pria tampan seperti artis Korea. Tapi apakah justru karena dia tidak tampan, makanya Lisa didera perasaan yang sensasional seperti sekarang?
Lisa pasrah dan tubuhnya melemah. Dia tidak melawan ketika sang pria bertopeng merebahkannya di kasur. Bahkan ketika cumbuan demi cumbuan dari bibir sang pria bertopeng turun ke pusarnya, Lisa tampak menyerahkan diri. Pahanya melebar, mempersilakan bibir monyong itu lanjut mencumbu ke area paling sensitifnya.
“Awh!” pekik Lisa ketika belahan vaginanya dicumbu pertama kali.
Lisa terkejut, tapi tidak melarang. Tangannya sibuk meremas sprei. Dan kakinya malah mengangkat untuk menyodorkan pinggulnya ke wajah sang pria bertopeng.
Suara seruputan demi seruputan pun mulai membahana memenuhi ruang kamar kosan, bersahut-sahutan dengan suara erangan dan jeritan kecil dari mulut atas Lisa.
Dan pada akhirnya, mulut bawah Lisa yang lebih dulu meneteskan liurnya. Lisa mengerang kuat. Dia meraih bantal untuk meredam suara erangannya. Tapi gagal.
Setruman di tubuhnya keburu menyentak ke ubun-ubun sebelum tangan Lisa sempat meraih bantal. Akibatnya Lisa terdengar mengerang sejadi-jadinya, bahkan mirip seperti meraung karena saking kuatnya.
Vaginanya banjir, namun justru malah membuat bibir sang pria bertopeng semakin semangat menyeruput area tersebut.
Ketika Lisa sudah berhenti mengerang dan vaginanya sudah bebas banjir, sang pria bertopeng menaiki kasur dan mulai memposisikan dirinya.
“Boleh saya masukin?” tanya sang pria bertopeng sambil menatap mata Lisa.
Pada akhirnya, permainan kasar hanya jadi rencana. Ketika sang pria bertopeng dihadapkan pada wajah being seperti Lisa, hatinya akan iba juga. Apalagi ketika Lisa mengangguk memberikan persetujuannya.
Jantung Lisa berdegup keras tak karuan. Dia memang sudah tidak perawan. Tapi tetap saja, ini adalah pertama kalinya dia berhubungan badan.
Gila. Akhirnya gue ngeseks juga. Bukannya nggak ikhlas sih… tapi jujur gue nggak nyangka bakalan ngeseks pertama kali sama cowok kayak gini.
Penis sang pria bertopeng terlihat kekar dan mengintimidasi. Kembali lagi, Lisa merasa ngeri takut vaginanya tidak muat menampung penis ini.
“Ah! Sakit!” protes Lisa ketika kepala penis itu berusaha menyeruak.
Sang pria bertopeng memundurkan penisnya, lalu mencoba sekali lagi.
“Awh!” jerit Lisa dengan nada yang sama sakitnya.
Dan ketika penis itu berusaha untuk yang ketiga kalinya, Lisa mendesis nyeri “SSsshhhhmmmhh.. Stop!”
Sang pria bertopeng berhenti melancarkan aksinya, lalu menatap Lisa.
“Stop… nggak muat..” rengek Lisa.
Sang pria bertopeng lalu mengubah posisinya untuk mengangkangi wajah Lisa.
“Emut dulu sampe licin…” perintah sang pria bertopeng.
“Tapi nggak muat…?” ujar Lisa memelas.
“Muat kok. Di mulut kamu aja muat,” bujuk sang pria bertopeng.
Lisa termakan bujukan itu.
Iya juga sih.. Di mulut aja muat, apalagi di situ. Bayi yang ukurannya lebih gede aja bisa muat, apalagi ‘cuma’ burung itu.
Lisa pun membuka bibir manisnya dan mulai menjilati batang penis itu dengan liurnya. Penis berurat itu kini mengkilat. Lisa melumurinya dengan air liurnya sebanyak mungkin. Bahkan sebagian liurnya sampai menetes di wajah Lisa.
Setelah dirasa sudah cukup licin, sang pria kembali mengatur posisi. Kini tubuhnya tidak berada di atas Lisa. Awalnya dia menjilati kembali klitoris Lisa agar belahan vagina gadis tersebut becek lagi. Kemudian, dia bersimpuh di dekat selangkangan Lisa, untuk membantu Lisa merentangkan kedua tungkai kaki Lisa selebar-lebarnya.
Usaha tersebut rupanya cukup berhasil. Ketika kepala penisnya menyeruak masuk, Lisa tidak lagi merasa sakit seperti tadi. Lain cerita ketika batangnya ikut masuk, Lisa tetap merasa selangkangannya terbelah dua.
Lisa berusaha sekuat tenaga untuk menahan suaranya. Dia tidak ingin proses pencoblosan ini jadi berlarut-larut. Dari yang pernah Lisa baca, jika penis sudah tertancap sempurna di vagina, maka seharusnya rasa sakit yang wanita rasakan pelan-pelan akan sirna.
Tapi entah kenapa, sang pria bertopeng ini malah melakukan hal yang sebaliknya. Dia malah sibuk cabut-colok-cabut-colok. Lisa yang dilanda birahi tinggi membuka matanya untuk memberikan instruksi, “langsung sodok aja mas..”
Sang pria bertopeng menatap Lisa dengan ekspresi tidak tega. “Yakin?” tanya dia.
Lisa malah menantang “Katanya mau perkosa aku?”
“Anjir lah.. Hahaha…” tawa sang pria bertopeng.
“Ampun mas.. Jangan perkosa saya…” rengek Lisa dengan nada manja yang dibuat-buat. “Jangan nodai saya… Sebentar lagi saya mau nikah. Saya masih perawwwaaAAAKKHHH!!”
Lisa menjerit ketika sang pria bertopeng tiba-tiba menghentakkan pinggulnya dengan keras.
Air matanya menetes tak terbendung. Dia merasa tubuhnya ditusuk oleh pasak yang besar.
Sementara itu sang pria bertopeng melirik ke bawah. Vagina Lisa juga meneteskan sesuatu yang berwarna merah.
Itu darah perawan Lisa, kah? Atau memek si Lisa beneran sobek? Pikir sang pria bertopeng.
“Kamu masih perawan?” tanya sang pria bertopeng.
“Ah? Udah engga kok mas?” jawab Lisa.
“Kok ini berdarah?” tanya sang pria bertopeng sekali lagi, sambil menunjukkan ujung jarinya yang berlumuran darah segar. “Harusnya bukan karena memek kamu sobek sih.”
Lisa memejamkan mata. Kemarin jarinya memang merobek selaput daranya. Tapi mungkin tidak sepenuhnya, alias masih ada selaput dara yang tersisa di vaginanya.
“Aku kira udah nggak ada” jawab Lisa.
“Maksudnya? Bukannya kamu udah pernah ngeseks?”
“Kemarin aku nyolok pakai jari terlalu dalem. Terus berdarah. Kirain udah sobek semua. Ternyata masih ada.”
“Berarti kamu belum pernah ngeseks sama sekali, Lis?”
Lisa tersenyum kecil. “Selamat ya, mas… kamu udah ngerenggut keperawanan aku.”
“Bukan aku yang ngerenggut keperawanan kamu..” sahut sang pria bertopeng.
“Siapa?” tanya Lisa heran.
“Kuli bangunan yang lagi ngerenovasi kosan kamu!” jawab sang pria bertopeng sambil tersenyum nakal. Dan dia mulai menggoyangkan pinggulnya pelan-pelan.
Lisa mendesah saat penis itu mulai bergerak. Betul kata orang-orang, kalau sudah kecolok, rasa sakitnya akan perlahan menghilang. Masih ada, tapi mulai tergantikan oleh rasa nikmat yang semakin melanda.
Lisa mengerang dan mengerang. Dan erangan itu berubah jadi raungan ketika vaginanya digenjot semakin cepat.
Ternyata ini rasanya ML. Enak banget sumpah. Apakah rasanya akan senikmat ini kalo gue ngeseks sama orang lain? Kalo iya… kayaknya gue nggak peduli ML sama siapa. Sama kuproy beneran pun nggak masalah. Pasti enak karena mereka badannya kekar. Atau sama tukang galon? Ah.. kenapa gue jadi binal gini sih?
Lisa terus mengerang dan mendesah. Tubuhnya terombang-ambing seirama dengan sodokan di vaginanya. Sementara pikirannya terbuai kemana-mana. Otaknya berusaha men-supply pikirannya dengan memori akan wajah-wajah pria yang bisa dia ingat. Pria-pria yang pernah ketahuan sedang memandangi wajah atau tubuh seksi Lisa dengan tatapan mupeng.
“Enak Lis?” tanya sang pria bertopeng.
“Ahhnngg…”
“Gimana rasanya digenjot sama kuproy?”
“Enak masshhh… hmmmhhh…”
“Katanya tadi udah mau nikah? Kok malah ngewe sama kuproy?”
“Habisnya aku diperkosa…”
“Oh gitu… Berarti kamu aslinya nggak mau?”
“Iya… aku dipaksa…”
Sang pria bertopeng tiba-tiba menghentikan genjotannya.
“Kok berhenti mas?”
“Loh, katanya nggak mau?”
“Ahh… masss… jangan godain aku…” rengek Lisa sambil menggerak-gerakkan pinggulnya.
“Aku cabut ya?”
“Jangann…. Lanjutin aja…”
“Beneran?”
“Iyyaa.. Goyangin lagi… Hmmmhh…”
“Kayak gini?” tanya sang pria bertopeng sambil menggoyang pelan-pelan.
“Kencengin lagi….”
“Kayak gini…?”
“Kencengin lagi… kayak tadiii…”
“Ah tapi aku capek…”
“Ah mas… nakall….”
“Coba sini gantian kamu yang goyang..” ujar si pria bertopeng sambil pelan-pelan mencabut penisnya yang berlumuran darah perawan.
Ketika penis itu tercabut, Lisa mendadak dirinya hampa. Seolah ada bagian dari tubuhnya yang hilang dan rasanya jadi tidak menyenangkan.
Tidak heran jika Lisa nurut-nurut aja saat diajak bangkit dan ganti posisi. Kini gantian si pria bertopeng yang rebahan, sementara Lisa di atasnya.
“Masukin!” perintah si pria bertopeng.
Adegan woman on top ini sering muncul di webtoon favorit Lisa. Dan akhirnya, kini Lisa berkesempatan menjajalnya untuk pertama kali.
Awalnya Lisa kagok untuk mengatur posisi pencoblosan yang pas. Setelah dibantu, akhirnya kepala penis itu mulai tertancap di vagina Lisa.
Yang tidak Lisa duga adalah… penis yang menyeruak kembali ke dalam vaginanya terasa memberikan sensasi yang berbeda ketika dilakukan dalam posisi ini. Tusukannya terasa lebih dalam. Rahimnya terasa tersundul sesuatu.
Lisa mulai menggerak-gerakkan tubuhnya. Dia angkat pelan-pelan, lalu dia turunkan kembali. Rasanya enak tapi gerakannya kaku.
Akhirnya sang pria bertopeng menahan pinggang Lisa agar tidak terangkat lagi. Dia justru menyuruh Lisa untuk memaju-mundurkan pinggulnya seperti naik kuda.
“Oohhh….” Lisa merasakan kenikmatan yang berbeda lagi. Gerakan ini lebih simple tapi efeknya jadi bisa lebih konstan dalam menghadirkan kenikmatan.
Tanpa sadar, Lisa menggoyangkan pinggulnya semakin kencang. Lisa sudah tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi. Payudaranya yang terombang-ambing. Desahannya yang melengking. Lisa tidak peduli semua itu. Yang dia pedulikan cuma orgasmenya yang akan meledak sesaat lagi.
Dan ketika puncak kenikmatan itu datang, tubuh Lisa melengkung ke belakang dengan indahnya. Dadanya terbusung menggairahkan. Sementara sekujur otot tubuhnya berkedut seirama dengan semburan orgasmenya.
Orgasme barusan seolah menghabiskan seluruh energi Lisa. Dia terkulai lemah tak berdaya. Tubuhnya menimpa sang pria bertopeng hingga kedua dada mereka saling berdempetan.
Lisa sungguh tak punya energi lagi. Bahkan ketika tubuhnya diposisikan menungging untuk disodok dari belakang, Lisa tidak melakukan perlawanan.
Dia justru menikmati sensasi baru lagi dari posisi ini. Sekilas dia melihat dirinya dari pantulan cermin rias di sudut kamarnya.
Bahkan Lisa sendiri merasa situasi ini sangat menggairahkan. Situasi dimana seorang gadis cantik disodok tak berdaya dari belakang oleh kuli proyek. Padahal dengan kemolekan tubuhnya dan kecantikan wajahnya yang seperti artis Korea, gadis ini bisa mendapatkan pria yang lebih layak. Tapi takdir malah menuntunnya ke sini, ke tempat dia di perkosa oleh kuproy bertopeng.
Lagi-lagi fantasi Lisa bekerja. Dia masih menganggap orang yang menyetubuhinya ini adalah kuproy beneran. Tapi karena berimajinasi seperti itulah Lisa bisa merasakan birahinya cepat naik kembali. Membuat tubuhnya didera orgasme lagi dan lagi.
Dan setelah orgasmenya mereda, tubuh Lisa dikembalikan ke posisi awalnya. Terlentang pasrah di tengah kasurnya.
“Kamu masih sanggup?” tanya Lisa lemah.
“Kan kuproy. Staminanya gede..” canda si pria bertopeng.
Lisa mencubit lengan si pria bertopeng dengan gemas.
“Lanjut ya? Dikit lagi aku keluar kok….” sahut si pria bertopeng.
Ketika penis itu kembali masuk memenuhi liang senggama Lisa, gadis itu sudah tidak meringis lagi. Sepertinya vaginanya sudah beradaptasi dengan ukuran penis lawan mainnya.
Bunyi hentakan serta tumbukan dari beradunya paha dan selangkangan mereka kini memenuhi ruangan. Meski sudah tak bertenaga, tapi kaki Lisa masih sanggup melingkar di pinggang sang pria bertopeng.
“Aku keluarin di dalem, ya?” tanya sang pria bertopeng.
“Jangann… nanti aku hamil…” tolak Lisa.
“Ya kan emang itu tujuannya…”
“Tapi aku mau nikah sama pacar aku mas… aku nggak mau dihamilin sama kuproy jelek…” rengek Lisa sambil berusaha mempertahankan karakternya yang sedang diperkosa kuproy.
“Ih, kata siapa aku jelek? Di kampungku aku cowok paling ganteng!”
“Tapi pacarku lebih ganteng!”
“Tapi pacarmu nggak bisa ngentotin kamu!”
“Ihh…”
“Lis… aku keluarin di dalem ya? Ini serius”
“Jangan, ih..”
“Aku bukan minta ijin…. Aku ngasih tau…”
Dari dekat, Lisa menatap mata pria bertopeng yang sedang menggenjotnya. Entah karena sorot matanya yang memancarkan ketulusan. Entah karena penisnya yang bikin ketagihan. Atau mungkin memang karena keduanya.
Yang jelas Lisa tidak kuasa menolak permintaan pria ini.
Lisa mengangguk. Mengiyakan rahimnya diisi.
Sang pria bertopeng pun mempercepat sodokannya.
Dalam hatinya, Lisa sudah lama menantikan momen ini.
Vibrator dan jari tangannya memang bisa memberikan orgasme.
Tapi sensasi hangat yang menjalar ketika rahimnya diguyur sperma..
Itu hanya bisa Lisa dapatkan jika bercinta dengan pria.
Makanya Lisa sangat meresapi detik-detik sel telurnya dibuahi.
Genjotan yang makin melambat tapi makin menyentak.
Punggung yang merinding akibat bulu kuduk serentak berdiri.
Dengus napas yang mulai tidak beraturan.
Batang penis yang mulai berkedut.
Hingga akhirnya sodokan keras sedalam-dalamnya,
yang disusul dengan sentilan-sentilan kecil yang dirasakan dinding rahimnya akibat disembur oleh jutaan sperma.
“AAaaahhh….” Lisa orgasme lagi. Kali ini dinding vaginanya kontraksi kuat sekali, seolah ikut memeras sperma si pria bertopeng hingga tetes terakhir.
“I love you Lisa…” sahut sang pria bertopeng dengan nada sedikit bergetar.
“I love you too…. Mas Dimas…”
Di kamar kosannya, Dhani memaki dirinya sendiri.
Kok bisa dia sebodoh ini?
Kenapa dia tidak sadar bahwa sebagai manager-nya,
mas Dimas pasti punya akses ke komputer Lisa.
Bahkan kenapa juga Dhani tidak sadar bahwa…
Mas Dimas pasti punya akses ke komputer Dhani.
Berarti sejak awal, semua yang Dhani lakukan.. terus dipantau oleh Mas Dimas!!!
Whatsapp vulgar yang dia lakukan bersama Lisa!!
Rencana nakal tanpa cela buat Lisa yang Dhani catat di Notepad-nya!!
Mas Dimas tau semua!!!
Mas Dimas juga yang pada akhirnya menikmati buahnya.
Ketika pagi ini, Dhani panik karena akses ke komputer Lisa tiba-tiba hilang…
Mas Dimas datang ke kosan Lisa, untuk merenggut gadis yang Dhani sayang
Kini Dhani sudah tidak bisa mengintip webcam Lisa lagi.
Akses adminnya sudah dicabut oleh Mas Dimas.
Bahkan bergiga-giga file foto dan video Lisa yang dikumpulkan Dhani,
kini sudah di-lockdown dan tak bisa diakses lagi.
Leave a Reply