Petualangan Sex sang Dokter

Petualangan Sex sang Dokter

Petualangan Sex sang Dokter

“Kode biru….! IGD…. Kode biru…!”

Nampak sekelompok tenaga medis nampak berjuang dengan sepenuh tenaga… Bahkan nampak sang dokter kepala, berbalut hazard suit, sampai berjibaku untuk menemukan celah yang tetap untuk memasukkan selang pernafasan ke dalam tenggorokan pasien…

Ia bahkan sampai naik ke atas medical bed, dam melakukan CPR demi memacu kembali jantung snag pasien yang beberapa kali melalui layar ekg melonjak, memberi secercah harapan akan kembalinya fungsi jantung sang pasien, sebelum kembali menjadi garis datar, sementara mesin ekg itu mendengungkan nada monotone yang menunjukkan kalau usaha mereka sayangnya tak membuahkan hasil….

Kedua bola mata dokter itu nampak sedih sambil ia memegang lembar hasil EKG, mendekati dua keluarga pasien yang nampak tercenung….

“Kami sudah berusaha sekuat mungkin, namun nyawa bapak sudah tidak tertolong lagi….” Kata sang dokter kepala, sambil tanganya yang nampak lemas mengangkat hasil terakhir EKG yang menunjukkan garis lurus di lembarannya….

Sandra, sang dokter, selalu tidak senang jika dirinya harus memberi kabar duka, terlebih dirinya harus menahan perasaannya, termasuk emosinya ketika anggta keluarga itu mengeluarkan emosi mereka….

“Kalian ngga guna…. Bapak saya masih bisa hidup…. Kalian brengsek….! Saya tuntut kalian…!” Maki sang anggota keluarga yang tak terima dengan meninggalnya orang tua yang mereka kasihi….

Sang dokter undur selangkah demi melihat keluarga pasien yang meninggal itu hendak memukul dirinya, yang untungnya sebelum kepalan tangan itu menyentuh dirinya, orang itu sudah di tahan oleh beberapa perawat pria, sebelum akhirnya beberapa security yang juga memakai masker, dan face shield, mask dan mengarahkan keluarga yang berduka itu ke luar dari IGD….

Tak bisa berlarut dalam kekalutan, Sandra kembali bergerak menuju medical bed lainnya ketika kembali alaram code blue nyaring terdengar di ruang IGD yang napak sangat hectic….

Ia benar benar berusaha menjaga emosinya, di tengah usahanya untuk menyelamatkan nyawa pasien, di tengah teriakan penuh emosi keluarga pasien, ketika untuk kedua kalinya, ada pasien yang tak dapat diselamatkan….

Walau bukan dirinya yang menanganinya, namun naas tetap saja dirinya terkena imbasnya ketika segerombolan orang berwajah sangar, penuh amarah, merangsek masuk ke ruang IGD…

“Kyaaa…” pekik Sandra ketika para penerobos itu mendorong dirinya, menarik biohazard suitnya dengan kasar hingga terkoyak….

“SAUDARA SAYA TIDAK KOPIT!! JANGAN DI KOPIT KOPITKAN!” Maki mereka sambil menjambak rambut sang dokter dan menampar wajahnya dengan keras sebelum akhirnya setelah berjibaku, para security kembali berhasil mengamankan sang dokter yang nampak shock dan ketakutan, serta membiarkan para penerobos itu mengambil paksa jenasah yang belum lagi dirapikan di atas medical bed dan membawa jenazah itu bersama mereka, meninggalkan beberapakaca yang mereka pecahkan, bebrapa kursi di bagian luar IGD yang mereka jungkir balikkan….

****

“Dokter ngga kenapa-napa…?” Tanya seorang perawat pada Sandra yang menggelengkan kepala, berkata….

“Ngga apa-apa…. Saya sterilisasi dulu…..” Katanya, masih dengan sedikit shock, lalu bergegas menuju satizing chamber di mana sang dokter harus rela menerima semburan disinfectant di sekujur tubuhnya, sebelum kemudian ia bergegas masuk ke dalam kamar mandi di depannya, membawa grab bag yang di bawanya serta….

****

Bergegas sang dokter menuju booth di ujung, tempat shower berada, membuka hazard suit yang sudah koyak oleh para penjarah tadi, membuangnya ke dalam biohazard waste bin yang ada di sana….

Sandra kemudian menarik t-shirt longgar berwarna biru muda yang dikenakannya,yang basah oleh keringat yang meruap dari pori-pori tubuhnya, melewati kepalanya, lalu menggantungnya di balik pintu…

Payudara sang dokter, yang nampak pas di genggaman, nampak menggantung dengan indahnya, tanpa disangga oleh helaian fabric yang biasa dikenakan kaum hawa untuk menyangga payudara mereka….

Bukan apa-apa….

00047-308629152.jpg

Pada awal pandemic, di mana kekacauan di IGD tempatnya bekerja di mulai, ia juga mengenakan lembaran bra sebagaimana umumnya, namun bekerja nyaris tanpa jeda, keringat yang bercucuran membuat lembaran yang seharusnya menyangga dan melindungi payudara indhanya itu menjadi salah satu bagian yang paling menyiksa di tubuhnya, karena karet dan tali pengerat yang membuat kulitnya yang halus dan mulus itu lecet, dan membuat pergerakannya jadi tidak nyaman…

Untuk bebrapa saat dirinya berusaha mengganti bra yang biasa dikenakannya dengan sports bra, namun hasilnya tetap sama, hingga kini akhirnya ia memutuskan untuk tidak mengenakan penyangga payudara sama sekali, kecuali lembaran nipple patch yang kini di masukkannya ke dalam small plastic pouch, dan kini areola berwaran coklat muda dengan sepasang nipples imut miliknya bisa bernafas dengan lega setelah terkungkung cukup lama di balik patch tadi….

Sepasang tangan halus sang dokter kini menyelip di sisi yoga pants yang dikenakannya yang nampak membungkus sepasang kaki jenjang miliknya yang kini juga terbebas dari kungkukan dan menerima aliran oksigen seadanya di dalam shower booth itu….

Sandra kemudian menyalakan shower, menanti sejenak agar suhu airnya tepat sebelum ia masuk ke bawah siraman air yang terasa menyegarkan dan membuatnya melepas kepenatan yang dirasakannya….

Walau air itu hangat menerpa kulitnya, tubuh Sandra tetap beregtar, tanganya terulur dan menahan badannya ke tembok shower booth, dan kemudian isak tangis terdengar dari sang dokter….

Beban dari nyawa yang tak dapat ditolongnya dan shock dari serbuan massa yang masuk dan mengacau di iGD ditumpahkannya di ruang shower, karena ia harus tetap nampak tegar selama ia menjalani tugasnya, sebagaimanapun sesak hatinya, sebagaimana hancur dan kalut persaannya….

Kesesakan yang dirasakannya jauh sebelum kejadian di ruang IGD tadi….

****

Kepenatan dan kelakutannya memang jauh berkurang stelah siraman air hangat shower, dan ledakan tangisnya tadi, namun sang dokter sadae, kalau keletihan dan kepenatannya akan segera terjadi setelah dirinya kembali ke tempat tugasnya…

Baru saja dirinya merapikan kaus baru yang kini menutupi torsonya dan merapikan fitted running short panta nya, sang dokter mendadak kaku dan terdiam….

*****

Ayo cepat, sus… mumpung lagi sepi…. Saya sudah taruh tanda di luar….

Sandra tercekat mendengar suara lelaki yang kemudian ditingkahi lengih dan desah dua insan yang jelas terburu-buru menuntaskan birahi mereka…

Perlahan Sandra membuka pintu booth, menintip ke arah luar… dan ia meneguk ludahnya….

Nampak Claudia, salah satu suster tercantik di rumah sakit itu, menumpukan tangannya di atas deretan wastafel di ahdapannya, sementara tubuhnya merunduk,….

Sandra meenlan ludah demi melihat tumpukan biohazard suit yang dikenakan sang suster kini menumpuk di ke dua mata kakinya yang terbuka, sehingga sang dokter kini bisa melihat tubuh indah, sang suster, yang mengkilat karena keringat karena terkungkung oleh biohazard suit yang dikenakannya tadi….

Matanya Sandra membelalak bukan karena suster cantik yang jelas menahan erangan dang lenguhannya semntara tubuh indahnya bergoyang-goyang, sementara suara tepukan terdengar dari bulatan pantatnya yang terhantam selangkangan itu….

Pemilik selangkangan itu yang membuatnya terkejut….

Seorang janitor, bertubuh kecil, lebih pendek dari sang suster yang notabene tingginya sekitar 160cm, dengan kulit kecoklatan yang contrast denga kulit kuning langsat sang suster itu, hanya menurunkan celananya, dengan bernafsu mencengkram pinggang ramping sang suster, dan dengan menggebu menghantam-hantamkan pinggulnya ke depan, sehingga suara tepukan dan kecipak basah peraduan dua kelamin mereka terdengar memenuhi kamar mandi itu…

Ia seharusnya segera ke luar dan memarahi mereka, karena telah menggunakan fasilitas rumah sakit untuk melakukan perzinahan itu….

Namun dirinya tahu, kalau kedua insan itu hanya melepaskan stress dan kepenatan yang mereka rasakan….

Dan ia tahu kalau bukan hanya mereka berdua yang melakukannya….

Walau tak banyak, dan menjadi sesuatu yang umum dan general, ada beberapa oknum dokter atau perawat, yang melepas stress dengan cara sperti yang dlakukan kedua insan itu yang nampak semakin tergesa, sambil sesekali melihat ke arah pntu, jelas takut kalau ada yang masuk dan memergoki mereka berdua….

Ia pun adalah salah satu dari oknum itu…..

Dan kini, melihat persetubuhan interracial itu, birahi sang dokter terpantik, dan ia bisa merasakan tangannya menelusup masuk ke dalam hotpants yang dikenakannya, dan kemudian menstimulasi vaginanya sendiri…

Cepat mas… ough…. Aku udah mau keluar…. Kata sang suster yang nampak memaju mundurkan pinggulnya, seakan ingin mempercepat adukan penis sang janitor di dalam vaginanya…

Iya sus, saya juga udah mau… Akhhhhhh Pekik sang Janitor sambil menyodokkan pantatnya ke depan, menkan penisnya dalam-dalam di vagina sang suster yang kepalanya nampak terdongak, matanya menutup, mulut membuka, tanda puncaknya sendiri didapatnya…..

Ya Tuhan…. Semoga saja Claudia tidak sampai hamil…. Batin Sandra demi melihat tetesan sperma yang masih ke luar dari ujung penis sang janitor, sesaat setelah ia menarik ke luar penisnya yang layu dari vagina sang suster, yang segera menarik celana dalamnya ke atas dan….

Kode Biru….! Kode Biru IGD….!

Kembali suara yang menggetrkan hati itu bergema….

Sandra yang terkesiap segera menghentikan masturbasinya dan bergegas keluar booth sambil tangannya di lumurinya dengan disinfectant, dan membuat kedua insan yang hendak berbenah itu terkejut dan terkesiap….

“Berihkan penis kamu sebelum kamu pake celana kamu… Terus cepat bersihkan area pantry, ada genangan di dekat kulkas” Kata Sandra sambil bergegas mengenkan biohazard suit nya….

“Bersihkan diri kamu dulu sebelum kembali kebertugas…. Dan cepat, kita perlu semua tenaga yang kita punya…” Kata sang dokter pada sang suster yang mukanya memerah karena malu terpergok dengan tubuh nyaris telanjang, hanya bra yang masih menempel di tubuhnya, sementara vaginanya yang masih melelkan sperma sang janitor tereksposeddengan bebas, sementara celana dalammnya masih tersangkut di tengah paha jenjangnya….

“Dan jangan lupa minum Plan B mu…..” Kata Sandra lirirh ketika ia melewati sang ssuster yang wajahnya memerah bagai udang rebus, dan meninggalkan ke dua insan itu untuk kembali berjibaku di ruang IGD….

Dan kembali kelelahan dan kepenatan dirasakan Sandra yang sudah hampir 16 jam bekerja nyaris tanpa jeda, sampai akhirnya tiba waktunya untuk sekedar mengistirahatkan tubuhnya….

Sang dokter kini mengenakan weatpants dan hoodie kebesaran, menutupi tubuh indahnya, rambutnya yang sebahu, basah setelah kerasam, dibiarkannya tergerai sementara dirinya menelususri lorong rumah sakit yang peneranganya diredupkan mengingat waktu yang memang sudah larut malam….

Kondisinya yang amat lelah justru membuat sang dokter kesulitan untuk memejamkan matanya, dan membuatnya memutuskan untuk sedikit meregangkan kakinya….

Sebelum pandemic, sesepi apapun rumah sakt itu, ia selalu mendapati beberapa anggota keluarga pasien yang lalu lalang di corridor, bahkan beberapa, sampai tertidur di atas sofa yang ditempatkan di beberapa spot di lorong itu….

Namun saat ini lorong itu begitu sepi, hanya bunyi peralatan medis yang terdengar monotone, serta suara dengung air conditioner yang mengisi kesunyian lorong itu, sampai ketika ia dekat dengan ujung lorong di mana sebuah vending machine yang terletak di intersection antara ororngnya dengan lorong lain yang menuju sayap lain rumah sakit itu…

di sana ia melihat sesosok lelaki mengenakan lab coat, nampak menekan-nekan tombol vending machine itu….

Walaupun membelakangi dirinya, Sandra hapal betul siapa pemilik sosok itu, maka dirinya semakin semangat mendekativending machine, namun….

Column di dinding itu cukup lebar untuk menyembunyikan dirinya, demi mendengar derap langkah lain yang mendekati vending machine dari arah lorong lain….

Dari balik column itu Sandra bisa melihat sosok security perempuan, yang diketahuinya bernama Nila, yang bertugas malam itu, yang masih muda, cantik, dengan kulit sawo matang,, dengan jilbab yang menutupi kepala, yang dililitkan ke lehernya, dengan acrylic face shield menutupi wajahnya…. Gadis itu mengenakan bomber jacket untuk menutupi tubuh atasnya, dan celana PDL yang nampak fit menutupi tungkai kakinya yang nampak kekar, dan bulatan pantat yang nampak padat dan mngundang orang untuk meremas, menampar, maupun mengigit nya dengan gemas….

“Malam Pak Carlos…. Cari kopi…?” Tanya sang security sambil tubuhnya mendekati sang dokter yang memandang ke arah sang security dan tersenyum…

“Kesukaan kamu….” Kata sang dokter sambil mengangsurkan secangkir kopi panas yang nampak mengepulkan asap ke arah sang security yang nampak tersipu, menerima kopi dari tangan sang dokter, lalu membuka face shieldnya dan menyesap kopi yang diberikan sang dokter yang nampak tersenyum…

Naila kmembuang coffee cup yang masih terisi 2/3 penuh itu ke dalam waste bin di sebelah vending machine sambil matanya memandang penuh nafsu ke arah sang dokter lalu menarik tangan dokter itu ke sebuah ruangan yang diketahui Sandra sabagai storage hard copy folder berisi data-data pasien yang ada di lantai itu….

****

Seharusnyaia pergi dan menjauhi tempat itu, namun entah kenapa, kakinya justru melangkah mendekati storage room yang tertutup itu…..

Kembali sang dokter meneguk ludah demi mendengar suara pagutan, diiringi erangan dan lenguhan lirih dari kedua insan itu dan…

Akkkhh…. Dok….. Pelan….

Jantung Sandra seakan berhenti berdetak demi mendengar pekik tertahan sang security muda….

Pekik yang juga pernah ke luar dari mulutnya….

Pekik ketika penis perkasa dokter itu menyeruak masuk ke dalam vaginanya….

Penis perkasa sang dokter kepala yang membuatnya kagum akan sosok dewasanya, berwibawa, penuh pengertian, penuh perhatian, caring….

Ya walau disadarinya itu adalah charisma yang digunakan secara salah oleh sang dokter kepala untuk bisa menikmati tubuh ranum dan indah baik perwat, security, dokter, bahkan OB dan cleaning service, namun dirinya , sama seperti ‘korban’ lainnya entah kenapa tidak ingin melaporkan Tindakan sang dokter yang jelas merupakan pelecehan, dan kejahatan sexual itu….

Kenikmatan yang diberikan dokter itu pada mereka membuat mereka merasa ‘sayang’ kalau dokter kepala itu sampai harus dimasukkan ke dalam penjara, walaupun sebagai akibatnya, seperti saat ini, kecembruan jelan menghantam dirinya, demi mendengar erang dan desah sang security muda yang jelas menikmatisodokan demi sodokan penis perkasa sang dokter di lorong cintanya….

Dan membayangkan itu, birahi sang dokterpun terpantik, dan tanpa sadar tangan kanannya menelusup masuk ke balik sweatpantsnya, menelusup ke balik pantie yang dikenakannya, dan….

Sandra sampai harus mengigit bibirnya sendiri, demi mencegah agar jangan sampai erangan dan desahannya terdengar oleh pasangan insan yang sedang menuntaskan birahi mereka….

Tangannya meremas vaginanya sendiri dengan keras, mencoba memburu climax nya ketika ia merasa ada angin dingin yang melewati punggungnya, membuatnya merinding dan memalingkan wajah, melihat sekeliling, hanya untuk mendapati lorong yang sepi itu….

Sang dokter mendesah, kesal karena usahanya mendapat kepuasan terganggu, namun ia sadar kalau ia juga harus segera menyingkir dari depan pintu stoarage karena ia sudah tak mendengar lagi erang dan lenguhan dari dalamnya yang menunjukkan kedua insan tadi telah mendapat kepuasan mereka….

Bergegas sang dokter beralu, tak ingin terpergok….

Lho… Kenapa aku bisa ssampai sini…? Batinnya demi menyadari kalau ia berjalan cukup jauh, dan kini ia berada di selasar dengan penerangan minimum, yang mengarah ke….

Lho…. Itu siapa….? Batinnya demi melihat ada dua sososk di ujung selasar, satu bertubuh tinggi dan atletis, mengenakan setelan kemaja dan celana putih, nampak berargumentasi dengan sosok yang lebih pendek dari sang lelaki, dengan tubuh slender, mengenakan fitted blazer berwarna dark grey, yang senada dengan celananya, dan sepasang loafers yang ada di kakinya…

Kedua sosok itu nampak asyik dalam argumantasi mereka, sehingga mereka tak menyadari ketika sang dokter sudah berada di dekat mereka….

“Maaf, kalian ini siapa…? Kenapa kalian ada di sini…?” Tanya nya yang membuat kedua sosok itu terkesiap dean memandang ke arah sang dokter, raut tak percaya nampak di wajah mereka….

Sandra sendiri tertegun demi melihat wajah sosok dengan blazer itu, ia mngernyitkan keningnya, mencoba menebak apakan sosok dihadapannya itu berjenis kelamin lelaki atau perempuan, wajah androgyny di hadapannya itu tidak tampan ataupun cantik, tapi pleasant to look at….

“Kamu bisa lihat kami…?” Tanya lelaki jangkung itu yang membuat Sandra tersadar dari lamunan rasa penasarannya dan berkata

“Tertu saja aku bisa lihat kalian, aku tidak buta, pertanyaannya, kenapa kalian ada di sini, ini tempat terbatas, dan kalian sama sekali tidak mengenakan proctective gear, tidak ada face shiled, tidak ada masker….” Semburnya pada ke dua sosok itu….

Baru saja sosok androgyny itu hendak menjawab, sosok athletis tadi mendahuluinya….

“Maafkan kami, tapi anda sendiri tidak pakai masker, dan kenapa anda ada di sini…?”

Sandra sedikit gelagapan dan menyadari keteledorannya, namun ia segera menjawab….

“Aku dokter di sini….” Kayanya sambil mengeluarkan id badge nya dari balik saku hoodie yang dikenakannya, “Saya sudah di vaccine secara penuh, dan sudah mendapat booster, saya jalan sendiri, saya meminimalkan resiko sekecil mungkin…. Sekarang apa alasan kalian….” Sergahnya

Kini, belum sempat lelaki athletic tadi berbicara, sosok androgyny lah yang mendahuui menjawab pertanyaan sang dokter….

“Orang ini sudah melewati waktu, saya datang untuk menagih, saya lihat dia di lorong, tadi anda di sana…”

Sandra tergagap, teringat sensasi dingin yang meremangkan kuduknya tadi, dan mendadak wajahnya memerah….

Mereka di sana…? Mereka lihat aku….? Oh tidak…..! Batinnya merasa malu membayangkan kedua orang itu melihat tangannya yang menelusup ke balik sweatpants nya tadi….

“Saya mengerti dok….” Kata sang sosok athletic sambil tersenyum mahfum, sementara sang androgyny mendelikkan matanya, memandang tak suka pada sosok dihadapannya itu…

“A… Apa maksudmu…?” Tanya Sandra tergagap, malu karena kedapatan sedang menstimulasi dirinya sendiri….

“Saya tahu berat beban yang harus dokter tanggung, dokter sibuk di IGD, satu selamat, satu tidak, dan kerusuhan tadi… Dokter pasti stress berat….” Kata lelaki athletic itu sambil mendekati sang dokter…

“Wajar kalau dokter perlu pelepasan, kan….?” Katanya lagi sambil tersenyum, ketika jarak mereka tersisia beberapa langkah saja…

“Hey, hentikan, ayo, waktumu sudah lewat….” Sergah sang androgyny, sambi mencekal lengan lelaki athletic tadi….

“Ah ayolah, please…. Look, dia bisa lihat kita, pasti ada alasannya, dan alasannya jelas aku…. So please… give me just a few more minutes…. Please….” Kata lelaki athletic tadi, sedikit memohon penuh harap….

Kedua sosok itu terutama sosok athletic tadi membicarakan tentang dirinya dan mereka berdua berbicara seaakn dirinya sebuah mannequin yang tak mendengar percakapan mereka, namun entah kenapa, dirinya malah terpaku di sana….

“Apa maksud kamu…?!” Kata sang dokter dengan gusar….

“Aku alasan untuk apa…? Kalian bicara apa…? Cukup…. Kalian menganggu ketenangan, ketertiban, balum lagi kalian tidak patuh protocol, saya akan hubungi security….!” Katanya sambil berbalik badan, namun sosok athetic tadi segera mendahului dan menghalangi jalan sang dokter….

“Maaf, maaf, Dok…. Saya ngga bermaksud menyinggung dokter….” Kata sososk athetic tadiyang membuat Sandra menghentikan langkahnya….

“Mafkan saya, Dok, saya bukannya bermaksud kurang ajar sama dokter, tapi memang benar begitu kenyataannya, dok…. Sama seprti dokter, time is not our friend right now, kita sama -sama tahu kalau bisa saja alarm kembali berbunyi di ruang IGD, dan tekanan yang berlebih jelas tidak baik untuk dokter, kan…?”

“Terus apa urusannya dengan kamu….?!” Sergah sang dokter yang entah kenapa wajahnya kini memerah, mengetahui arah pembicaraan sosok athletic itu….

“Aku hanya ingin membantu dokter melepas kepenatan yang dokter rasakan, terlebih sudah dua kali dokter melihat dan mendengar live show, dan saat ini dokter jelas perlu pelepasan supaya dokter bisa segera terlelap…. Yang jelas lebih sehat dibanding obat tidur…. Bukan begitu, dok…?” Kata sosok athletic itu panjang lebar yang membuat sang dokter tercenung….

Sosok athletic itu memang benar, dan entah bagaimana ia bisa tahu kalau salah satu usahanya agar bisa terlelap adalah meminum obat tidur yang jelas malah menurunkan performanya…

Sandra sampai tak menyadari kalau sosok athletic tadi berdiri dekat dengannya, yang membuat degup jantungnya kini mulai meningkat…..

“Dok…. Dokter sudah sangat berjasa menyelamatkan banyak nyawa, merawat banyak orang, membantu mereka sembuh dan pulih….. Biarkan sekali ini, saya membalas jasa dokter dengan cara saya…..” Kata sosok athleltic teresbut sambil mendadak merundukkan tubuhnya, lalu sebelah lengan menyapu kedua lutut sang dokter sehingga kini dokter mud aitu berada di pelukan sang lelaki yang kemudian berjalan menuju ke satu ruangan ydengan double door yang terbuat dari kayu, dengan model kunci tua yang jelas berbeda dengan kkunci lain di rumah sakit itu yang sudah di ganti dengan system locking yang jauh lebih modern….

Aroma formalin yang kuat menyeruak ke dalam hidung Sandra….

Seharusnya ia merasa ngeri dan takut, namun entah kenapa saat ini dirinya sama sekali tak peduli akan ruangan yang saat ini di masukinya, yang entah bagaimana pintunya mendadak tak terkunci itu…. Ia tak peduli dengan kondisi ruangan yang sangat sepi, taka da seorangpun penjaga di sana, yang bisa dimakluminya karena area itu memang sangat jauh dan berada paling ujung rumah sakit, denga penerangan sangat minim….

Saat ini, entah bagaimana, dirinya kini sudah berubah posisi, dengan kedua paha mengepit pinggang sosok athletic tadi, yang kedua tangannya bersarang, menyangga bulatan pantatnya yang terasa sekal di tangan sang lelaki…

Sandra memandang sang lelaki sebelum akhirnya menurunkan wajahnya dan memagut bibir sosok itu, yang nampak mengundangnya bagai oase di tengah kekeringan, dahaga, yang dirasakannya, yang mendapat balasan yang sama bernafsunya oleh sang lelaki yang perlahan mnurunkan sang dokter muda di atas sebuah meja yang terbuat dari metal…

Seharusnya Sandra merasa tak nymana, kalau tidak mau di bilang takut…

Meja yang kini menopang bulatan pantatnya adalah meja yang di kenalinya dari waktu ia masih dalam masa pendidikannya…. Meja yang dikethuinya telah ditiduri jenasah demi jenasah, yang kemudian di autopsy atau pemulasaran, atau belakangan ini, digunakan untuk membungkus jenasah yang terpapar virus yang menyebabkan pandemic hebat itu….

Namun saat ini ia tak peduli pada dinginnya meja autopsy itu, malah kini ia merasa degup jantungnya yang semakin meninggi itu membuat tubuhnya terasa semakin hangat, bahkan semakin memanas ditengah pagutan penuh birahi antara dirinya dan sosok athletic itu….

Sejenak bibir keduanya terpisah, mata sang dokter cantik nampak menyala penuh gairah, tergesa, ia menarik hoodienya melewati kepalanya,sehingga kini upperbodynya yang properly toned terpampang dengan bebas, sementara mata sang gadis terpaku pada upper body athletic sang sosok yang tersenyum ke arah kedua nipple patch di payudara sang gadis yang nampak mengeras oleh gairah, dan semakin mengeras ketika sosok athletic itu memagut leher jenjang sang dokter muda yang membuat gadis itu melenguh, sementara, tangan kekar sosok itu meremas kedua payudaranya yang nampak pas di genggaman tangannya….

Tubuh Sandra sedikit mengigil ktika punggungnya kini menyentuh metal platform dari autopy bed yang meruapkan aroma metal dan disinfectant yang kuat, yang digunakan untuk memastikan meja itu tetap sterile….

Gasp…

Tubuh Sandra sedikit menegang….

Bukan karena dinginnya meja autopsy itu, namun demi merasa tangan kekar sosok athleltic itu menarik lepas sweatpants, beserta hotpants yang dikenakannya, tubuhnya sendiri sedikit membentuk sudut, karena pantatnya masih tertahan di ujung meja autopsy…

Jantung sang dokter berdegup dengan sangat keras demi merasa kedua tangan kekar lelaki athletic itu memegang bagian belakang pahanya, tepat di atas belakang lututnya, dan mendorong pahanya ke arah dadanya, semenara lelaki itu merundukkan tubuhnya, dan…

“Akh…!” Pekik Sandra tertahan demi merasakan sapuan lidah sang lelaki yang memulas labianya yang sudah amat basah oleh cairan yang diproduksi Bartholin glands nya…

Tubuh sang gadis menggeliat, ia berusaha melihat wajah sang sosok, namun wajah itu nampak lebih focus pada vagiannya….

Sang dokter menggelinjang demi merasa lidah itu menari-nari bukan saja di lipatan labianya, namun menyeruak masuk, menusuk-nusuk ke dalam vagianya, sebelum senjenak meninggalkan lorong citanya itu dan menjilat area perineumnya, yang membuat pantat sekalnya menegang, membuat pahanya meremas kepala sosok itu….

Pandangannya sejenak teralih, dan kembali ia merasa jantungnya berdebar, kini lebih kencang…

Matanya terpaku pada wajah sang androgyny yang tanpa expresi itu, namun memandangnya dengan penuh minat….

Mata Sandra terpaku pada kedua mata sang androgyny yang nampak bagai piringan emas yang berperndar di keremangan ruang autopsy itu….

Jantungnya berdebar semakin kencang ketika sosok androgyny itu mendekati dirinya…. Ada rasa takut yang merayapi dirinya, namun di saat bersamaan, dirinya merasa ada gairah yang membuncah keteika wajah itu mendekati dirinya, mengamatinya….

Dadanya bergemuruh ketika sosok itu mengalihkan pandangannya ke arah dua bulatan payudaranya yang tertarik gravitasi ke arah samping, namun tetap keras dan menantang, yang kedua putingnya masih tertutup nipple patches…

“Akh…!” Pekik Sandra yang nampak tak percaya….

Remasan di payudaranya itu lembut, namun memberi energi besar bagai aliran listrik yang menyengat dirinya, bahkan sampai ke clitorisnya yang saat ini menerima rangsangan dari lidah sang lelaki athletic yang membuat dirinya menyemburkan squirt yang amat sangat dahsyat….

Mata Sandra melihat tak percaya ke arah sang androgyny yang masih tanpa ekspresi, lalu kembali memandang ke arah wajah sang dokter yang masih terengah itu….

“Aku sangka kamu ngga mau join….” Kata sang sosok athletic yang kini bangkit, seringai menghina di wajahnya….

“Permainanmu lama, dia perlu pelepasannya secepatnya, dan kamu, sebaiknya bergegas…. Atau aku paksa kamu tanpa mendapat apa yang kamu mau…” Katanya tanpa memandang ke arah sosok athletic itu… Tatapannya tetap terarah pada sang dokter yang nampak pasrah, membiarkan tangan yang halus, namun juga kasar, yang terasa dingin dan panas di waktu bersamaan, merabai payudaranya, melepas patch di nipples nya dan memainkan putingnya yang kembali bangkit dan tegak, mengacung….

“Ngggaahhhh….!” Lenguh Sandra ketika ia merasa penis sosok athletic itu mempenetrasi vaginanya….

Vagina yang sedari tadi tersiksa…..

Vagina yang begitu lapar untuk dipuaskan….

Dokter mud aitu pasrah saja ketika dirinya dipenetrasi, sosok itu naik, sehingga dirinya kini terdorong di atas metal platform itu, menimbulkan suara decit, sementara sosok itu menimpa dirinya dan memacu penisnya di dalam vaginanya….

Namun kembali matanya tertuju pada sang androgyny ketika lelaki athletic itu memaguti lehernya, semantara tangannay menangkup bulatan pantanya, seakan ingin mendorong pantatnya ke atas, dan membuat penisnya yang sudah menyentuh-nyentuh mulut rahimnya itu terdorong semakin dalam….

Bahkan tatapan mata keemas an itu mampu membuat birahinya melonjak tinggi…. Ia bahkan setengah berharap sosok yang masih mengenakan blazer dan pants nya itu ikut menggumuli dirinya….

Aku akan tagih keinginanmu, Sandra, tapi bukan saait ini…. Bukan sekarang…. Sekarang biar lelaki itu menikmati momentnya, sebentar lagi selesai… And cum with him…. You deserve it….

Dan sesaat setelah kalimat yang didengarnya dalm pikirannya selesai, Sandra merasakan hantaman badai orgasme yang amat sangat kuat menerpa dirinya, sehingga kembali tubuhnya melejang-lejang, dan cairan squirt menyembur dari sela-sela penis sosok athletic yang ditekankan dalam-dalam dan menyemburkan spermanya di dalam lorong cinta sang dokter yang masih meremasremas panis itu hingga menyusut….

Hantaman badai orgasme hebat yang tak pernah dirasakan sang dokter sebelumnya…. Hantaman orgasme yang membuat gadis itu kehilangan kesadrannya….

****

Penjaga malam itu nampak heran mendapati pintu ruang autopsy yang merangkap ruang jenazah itu sedikit terbuka…

Aku sudah kunci, lho…. Batinnya sambil memasuki ruang itu, memastikan tidak ada orang yang memasuki ruangan itu ketika matanya tertuju pada meja autopsy itu…

Lho…. Kok ada mayat…? Harusnya tempat ini kosong…. Batinnya sambil mendekati meja autopsy, memperhatikan kain putih yang menutupi sosok tubuh di atasnya….

Dan mendadak…

“Ha…. Hantu….!” Pekiknya ketakutan dan berlari tunggang langgang meninggalkan ruangan itu ketika sosok di maje autopsy itu bangkit dan duduk, dengan kain yang menutupi sekujur tubuhnya….

Sang security tak melihat ketika kain itu melorot turun, dan sosok dokter Sandra duduk, dengan torso yang terkespose dengan jelas, masih sedikit lemas dan bingiung meihat sekitarnya…

Kanapa aku bisa ada di sini…? Batinnya sambil beringsut dan kemudian mengerang…

Oh iya…. Batinnya lalu celingkukan melihat sekitarnya, dan menyadari kalau hanya dirinya yang tinggal di ruangan itu…

Mendadak dirinya tersadar dan terjaga, demi melihat tubuh telanjangnya….

Aku harus segera ke luar dari sisni…. Batinnya dengan panik, sambil turun dari meja autopsy sambil membungkus dirinya dengan kain putih tadi, sambil matanya memandang sekeliling, dan mendapati pakainnya entah bagaimana, terlipat dengan rapi di meja coroner di ruang itu…

Dengan tergesa sang dokter mengenakan pakaiannya dan bergegas ke luar ruangan, dan berbelok di lorong, tepat ketika rombongan security bergegas lari menuju ruang autopsy….

“Mana, ngga ada apa-apa….?!” Bentak kepala security pada anggotanya yang tadi melaporkan anomaly itu…

“Beneran pak, tuh lihat, kainnya, ada kan…?!” kata sang security, pada kain putih yang tergeletak di lantai….

“Tuh lihat gordengnya…” Sergah sang kepala security pada tirai yang satu darinya nampak terlepas dan kini tergeletak di lantai…

Makanya jangan kebanyakan nonotn horror…! Ayo…” Kata sang komandan sambil memerintahkan anak buahnya pergi dari ruangan, sementara Sandra bernafas lega, lalu bergegas menuju ruangan para dokter, kemudian membasuh dirinya, dan kemudian….

****

Langkahnya terasa ringan walau dirinya tergesa menuju ruang IGD di saat alarm kode biru itu kembali terdengar..

Pelepasan endorphin yang dialaminya jelas membantu ketenangan dirinya….

“ada apa, ini…?” Tanya nya pada perawat yang menantinya….

“Pasien mengalami kesulutan pernafasan dan gagal jantung….” Jelas sang perawat sementara Sandra mendekati sang pasien dan ia terkesiap….

Di atas kasur itu nampak lelaki yang tadi malam dilihatnya…

Walaupun lelaki di kasur itu tidak tinggi, dan tidak atletis, namun ia ingaj jelas raut sosok yang tadi malam membantunya mendapatkan orgasmenya itu….

“Dokter kenal…?” Tanya perawat yang melihat ketertegunan sang dokter, yang langsung tersadar dan menjawab….

“Tidak…. Sekilas seperti teman saya, tapi bukan, ayo kita kerja….” Katanya sambil mulai berusaha menyelamatkan sang pasien….

****

“Ada apa dok…?!” Tanya sang perawat yang terjkejut demi melihat sang dokter yang terpranjat, memandang ke arah sampingnya, sementara tidak ada siapapun di sana….

****

Waktunya sudah habis…. Terimakasih kamu masih mau berusaha menyelamatkan dirinya…. Kata sosok androgyny yang muncul di sampingnya, yang hanya bisa dilihat olehnya, yang maju mendekati ranjang dan berkata pada pasien itu….

Ayo… Kita pergi….

Mata Sandra membelalak demi melihat sosok athletic itu ke luar dari raga sang pasien yang jantungnya langsung berhenti, dan meninggalkan garis lurus di alat rekam jantung itu….

Terimakasih, Dok…. Untuk semuanya… Kata sosok athletic itu sebelum ia dan sosok androgyny itu menghilang dari pandangannya

****

Kembali Sandra berjalan tepekur menelusuri lorong rumah sakit, di malam itu…

Semuaya terasa membingungkan bagi dirinya

Untuk orang yang rasional, spirit encounter seperti yang dialaminya jelas membuatnya kembali memikirkan tentang kehidupan spiritual yang sudah lama ditinggalkannya…. Namun tetap saja ada bagian dirinya yang masih mencoba mencari penjelasan ilmiah untuk apa yang dialaminya ketika…

Langkahnya terhendi di depan sebuah kamar VIP seorang pasien….

Sang dokter mengetahui penghuni kamar itu…. Seornang lelaki berumur yang merupakan seorang pengusaha…

Kembali hatinya tersentuh demi megetahui lelaki itu, hanya diantar supirnya, dikirm ke rumah sakit oleh anggota keluarganya untuk ‘dirawat’ di rumah sakit itu….

Sang dokter mengetahui kesedihan sang pasien yang jelas sadar kalau dirinya “diungsikan” keluarganya yang saat ini pasti suah sibuk membagi warisannya….

Sandra juga tahu kalau saat ini, sebagai gabungan virus corona, dan kesehatannya yang memang buruk, lelaki itu terbaring dalam koma, dan keluarganya dalam “kesedihan” mereka, memutuskan mencabut living support yang menjaga jantung tua lelaki itu tetap berdetak….

Menghela nafas, gadis itu kemudian memasuki ruangan itu dan…

Deg

Jantungnya seakan berhenti demi melihat sosok androgyny itu duduk di kursi di samping sang lelaki…

Masuklah, Dok…. I’ve been expecting you…. Katanya yang membuat tubuh sang dokter sedikit meremang merasa takut, namun mendapati tubuhnya mendekati sosok itu…

“Si… Siapa kamu sebenarnya….?” Tanya Sandra, yang sebenarnya bisa menyadari sosok yang ada dihadapannya itu, namun tetap mengharap konfirmasi dari mulut sosok itu…

Aku, bebrapa memaggilku Grim Reaper…. Jawabnya yang membuat sang dokter meneguk ludah….

“Kamu mau jemput dia….?” Tanya sang dokter, melihat ke arah sang pasien….

Waktunya beluum tiba…

Sang dokter tercekat…

“Ka… Kamu mau jemput aku….?” Katanya dengan suara bergetar menahan tangis dan takut….

Tidak, Dok…. Waktumu belum lagi tiba…. Masih banyak yang harus kamu lakukan…. Aku datang untuk memenuhi janjiku padamu….

Eh…? Batin Sandra, bingung dengan maksud sosok androgyny itu…. Janjinya padauk….?

Iya, Dok, janji kalau aku akan memenuhi undanganmu… Katanya yang membuat Sandra Ertegun mengetahui kalau sosok itu bisa membaca pikirannya…

Dokter cantik itu meneguk ludahnya ketika ia melihat sosok itu bangkit dari duduknya, lalu menghampiri dirinya, menarik lembut tangannya menuju sofa tunggu yang ada di kamar itu….

Jantung sang dokter berdeup kencang…. Ia kini sadar dengan perkatan sosok iti…

Ia memang ingin untuk kembali merasakan sensasi yang didapatnya dari sentuhan sosok yang membimbingnya ke sofa itu…

Tapi, itu…. Batinnya memandang ke arah sosok yang terbaring koma di atas ranjang….

Dia tidak akan mengganggu…. Tapi nanti ada saatnya kamu harus membantu dia….

Sang dokter memandang sosok itu dengan pandangan bertanya…

Ia akan tewas di atas mejaku…? Tanya sang dokter…

Tidak, di meja temanmu, tapi kamu harus membantunya dengan cara yang lain….. cara waktu itu… Kata sang sosok sambil mendudukkan sang gadis di atas sofa, sementara ia dudk di sebelahnya saling berhadapan….

Cara waktu itu…

Sandra mendadak sadar dengan permintaan sosok itu…

A… Aku harus…. Nggghhhh…. Melayani dia….? Tanyanya sambil melenguh demi melihat tangan sang androgyny, mengangkat hoodie yang dikenakannya, yang membuat tangan sosok itu menyentuh torsonya yang telanjang, yang langsung mengalirkan rangsangan yang membuat dirinya panas, merasakan nadinya bagai dialiri lahar panas yang membawa birahi ke sekujur tubuhnya….

Ke… Ahhh… Kenapa aku…? Desisnya menikmati remasan tangan sang androgyny di lehernya yang malah membuat birahinya melejit semakin tinggi, sementara tangan sang androgyny mengusap perutnya yang rata….

Juju raku juga tidak tahu, kenapa harus kamu yang mendapat tugas ini… The Big Guy sepertinya does work in His mysterious way…. Jelas sang androgyny, masih dengan expresi datar, kini menarik sweatpants sang dokter, hingga kini, dengan wajah memerah, malu karena di kamar itu, walaupun dalam kondisi koma, namun baginya tetap saja ada sosok lain yang hadir di alam kamar, dan bisa melihat ketelanjangan dirinya yang kini hanya berbalut senakers putih di kakinya….

Tetapi melihat ketulusanmu, dan effor dalam usahamu menyelamatkan mereka, I think I know why…

Tu… tugas ini… Ap… Apa artinya akan ada lagi yang harus aku layani….? Batinnya….

Berapa bayak…. Sampai kapan….?

Aku tidak tahu, Dok, semua tergantung The Man up there… Kata sang androgyny….

Dokter keberatan….? Bukankah menyenangkan pasien termasuk dalam sumpah dokter….?

Pikiran sang dokter jelas kalut, membayangkian jiwa-jiwa itu menikmati menggunakan tubuhnya sebagai pelampiasan terakhir… Namun memang benar, membuat pasien memiliki semangat memang menjadi keinginannya, dan lagi pula, membayangkan dirinya juga mendapat kepuasna tanpa lagi harus ketakutan terpergok atau feeling guilty bersetubuh dengan te living person yang bisa berakibat bburuk ke karir dan masa depannya membuat snag gadis merasa ini memang jalan yang terbaik, sehingga ie memandang ke arah snag androgyny dan berkata

Aku bersedia, tapi dengan syarat setelah mereka, aku mau kamu memuaskan aku….

Sang androgyny mengangguk setuju, dan tubuh nya keberpendar….

*****

Sandra kembali menelan ludahnya…

Bagaimana tidak, di hadapannya, dalam posisi masih duduk berhadapan dengannya di sofa, ia melihat kalau sang androgyny tak lagi mengenakan pakaian apapun menutupi tubuhnya….

Bahkan dalam kondisi telanjang seperti itu, dirinya tetap kebingungan dengan gender sang androgyny, yang pingganya ramping seperti pinggang perempuan, namun penis yang ada di selangkangannya jelas berkata sebaliknya….

Oh, the kiss… Batinnya demi merasa ciuman lembut sang androgyny di bibirnya….

Bibir sosok itu terasa bagai madu dan anggur yang memabukkan, yang membuatnya ingin merasakknya lagi, membuatnya kini memajukan wajahnya dan memagut bibir itu dengan penuh nafsu….

“Nggghhh..” Erang sang dokter ketika kembali tangan sang androgyny meremas payudara sekallunya, memainkan kedua puting payudaranya, sementara tubuhnya terus maju, sehingga kini dirinya berada di atas tubuh sang androgyny….

Nanti, Dok, kalau waktu kita lebih banya…. Waktu Dokter dapat day off di luar rumah sakit… Katanya ketika sang dokter yang menjilati torsonya menurunkan kepalanya ke bawah….

Sandra napak frustasi…. Ia ingin menikmati panis itu di dalam mulutnya, namun sang androgyny memang benar…. Bisa saja alarm berbunyi, dan dirinya harus pontang-panting bergegas menuju ruang tugasnya…

Tangannya kini meraih penis yang terasa bagai tonggak itu dan mengarahkannya ke bibir vaginanya dan…

Astaga…. Ini…. Enak sekali…. Batinnya, menikmati penis sosok itu yang perlahan menyeruak, masuk, membelah labia mayora dan minoranya, lalu menyeruak masuk ke dalam lorong cintanya….

Nggak mungkin Batinnya dengan mata yang kini menatap ke arah mata bercahaya sang androgyny, dengan mulut menganga, tak percaya demi merasa penis sang andorginy terasa menyesuaikan diri sampai mencapai ukuran yang dirasa amat sangat pas di dalam vaginanya…. Tidak terlalu besar hingga menyakiti rongga vagianya, tidak terlalu panjang, sehingga sodokannya menyakiti cervix nya, namun pas memenuhi lorong cintanya, dan gerinjal nadi yang mengeliingi penis itu memberi dan menambah rangsangan di tubuhnya berkali lipat, ia bahkan langsung orgasme ketika penis itu tertanam sepenuhnya di dalam vaginanya…

Namun entah kenapa, diriny masih meginginkan lebih, maka sambil menumpukan tangan di dada sang androgyny, dokter cantik itu mulai memantul mantulkan pinggulnya, sehingga pantatnya menepuk-nepuk selangkangan sang androgyny, sehingga vaginanya tergesek dan mendapat kenikmatan maximal dari penis sosok yang tangannya sengaja diraihnya dan diarahkan ke payudaranya, meminta sosok itu untuk meremas kedua bukit indah di dadanya, yang langsung membuatknya kembali mengalami orgasme….

Puaskan dirimu, Dok…. Puaskan dirimu…. Kata sang androgyny….

Bareng…. Please….. Cum with me…. Cum inside me…. Pinta sang dokter yang pinggulnya terus bergerak liar di atas selangkangan sang androgyny, yang kemudian meposisikan dirinya duduk di pinggir sofa, dan memeluk erat tubuh sang dokter yang nampak kembali hampir mendapat climax nya…

Keduanya berpaguta dan….

*****

Tubuh Sandra bergetar dengan hebatnya demi squirt yang amat sangat dahsyat untuk ketiga kalinya menyembur dari vaginanya, dan kali ini terasa lebih nikmat karena bagian dalam vaginanya, tersiram cairan yang terasa amat sangat yaman, bahkan membuat rahimnya terasa hangat, dan menyejukkan….

Ya Tuhan… Batin sang dokter yang matanya membelalak tak percaya demi melihat sepasang sayap elang yang muncul dari punggung sang androgyny yang menatapnya dengan tatapan yang menghanyutkan….

Bukan, Dok…. Azrael….

****

Kembali Sandra harus tergopoh-gopoh berpakaian dan bergegas ke ruangan dokter, setelah ia bangun dari pingsanya, dan mendapati dirinya masih telanjang di ruang sang pasien, dengan pakian yang terlipat rapi di lengan sofa….

Dan tak lama setelah ia membersihkan dirinya, kembali dirinya harus berjibaku menyelamatkan jiwa-jiwa lain di IGD itu….

****

Sandra sedang makan seorang diri di cafetaria yang memang sepi dan tak berfungsi normal akibat pandemic ketika…

Halo Dok….

Gadis itu memalingkan wajahnya dan melihat sosok muda yang sepertinya familiar dan kemudian…

Ba… bapak kan….

Lelaki itu tersenyum dan berkata…. Iya, Dok, saya yang di kamar tempat Dokter begitu bergairahnya bercinta dengan Azrael….

Sandra sampai menyemburkan makanannya dan tersedak, wajahnya memerah menahan malu demi mendengar perkataan lelaki itu…..

Jangan bilang siapa-siapa, pak…. Saya malu….

Lelaki itu tersenyum dan berkata pada sang dokter….

Ngga mungkin lah dok,,, Dokter tahu kan kalau aku ngga mungkin akan bisa…. Katanya yang membuat sang dokter sedikit murung….

Jangan sedih, dok, memang sudah waktunya aku…. Dokter ngga keberatan kan kalau aku minta-kenang-kenangan dari dokter sebelum aku pergi…? Pinta lelaki iu, penuh harap….

Sang dokter memandang sang lelaki dan tersenyum…

Dengan senang hati, pak…. Katanya sambil bangkit memendekati sosok sosk sang lelaki sambil melolosi pakaian yang dikenakannya sampai telanjang, lalu memagut lelaki itu dengan penuh perasaan, merasa kalau ini salah satu cara bagi dirinya memberi perpisahan yang berkesan bagi jiwa yang akan pergi itu…

Sementara ia membiarkan jiwa lelaki itu menggumuli tubuhnya, sesaat matanya teralih dan pandangannya beradu dengan sosok Azrael yang berdiri memandang persetubuhan kedua insan itu….

Dan mengerti arti tatapan mata sang gadis yang terarah ke padanya…

Ya, Dok, aku pasti akan datang menemuimu….

****